#sharingSOLO – Day #1 Sharing Session 1

Melanjutkan postingan saya sebelumnya mengenai #sharingSOLO, sesi selanjutnya dibuka dengan sambutan dari moderator, Pak Gunawan Wibisono. Inti sambutannya adalah harapan dengan adanya sharing ini akan dapat menghasilkan hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Jadi setelah para peserta pulang nanti semua akan mendapatkan tambahan wawasan, pengalaman, pengetahuan yang bisa diimplementasikan di daerah asal masing-masing.
Pak Blontankpoer – ga tau – Pak Gunawan Wibisono
Mas Bahtiar dari gerombolan BHI mengawali sesi sharing ini dengan sejarah dia mulai mengembara di Jakarta selepas menyelesaikan pendidikan. Dengan latar belakang perjuangan nyari kerja yang ga dapat-dapat, culture shock, nyari tempat nongkrong enak murah meriahpun juga susah. Tempat nongkrong murahpun akhirnya dapat di trotoar depan Plaza Indonesia itu. Nulis blog mengenai hal tersebut yang kemudian dibaca banyak orang dan akhirnya banyak juga yang gabung nongkrong. Terbentuklah kelompok/komunitas (yang kemudian disebut Mas Bahtiar sebagai gerombolan Bundaran Hotel Indonesia (BHI). Dipikir-pikir, mestine bundaran plaza indonesia yo , Mas? hehehehehehe.
Gerombolan Nongkrong BHI
Sewaktu masih tinggal di kebon sirih akhir 90an dulu, kalo weekend emang enak nongkrong di seputaran bundaran HI ini. Kalo laper yah tinggal jalan dikit ke seputaran kebon kacang atau pindah venue ke sabang :)
Balik ke BHI, berawal dari nongkrong, terbentuk komunitas akhirnya komunitas tersebut saling sharing ide dan kegiatan. Salah satu contoh kegiatan sosial yang merupakan output dari kegiatan nongkrong yang awalnya ga jelas ini adalah sumbangan kambing untuk Bangsari. Selain itu juga kegiatan berbagi buku yang dinamakan gerakan 1000 buku, yang pada akhirnya malah berhasil mengumpulkan 3000an buku untuk disumbangkan.
Mas Bahtiar dari Gerombolan BHI
Pertanyaan yang muncul dari sini kalo catatan saya ga salah mengenai kok bisa komunitas blogger (apalagi orang-orang pengangguran) tapi bisa bikin acara sosial membiayain orang lain. Kemudian ada yang menanyakan model pengelolaan komunitas (dalam hal ini BHI) seperti apa. Juga soal kejenuhan ngeblog (ya ya every blogger has this issue including me) Apakah ada sponsornya? Yang paling saya ingat dari para penanya ini yang dari Ponorogo, Mas Pardi kalo ga salah ya? Dengan outfit tradisional ponorogo serba hitam lengkap dengan udeng hitamnya juga :) yah cuman minus kaos loreknya ajah sih :P
Balik ke pertanyaan sesi pertama, salah satu nilai lebih blogger dan komunitasnya adalah tulisan di blognya dan jaringan pembaca termasuk link exchange blognya itu sendiri. Jadi gak masalah misalnya saya atau Mas Bahtiar awalnya cuman pengangguran, luntang lantung nyari kerja. Tapi kami masih sempat memperhatikan lingkungan sekitar dan ‘curhat’ mengenai hal itu di blog. Pembaca blog saya kemudian menanggapi tulisan tersebut dengan berbagai reaksi. Tergerak dari dorongan sosial, ada yang nyumbang dana, ada yang nyumbang diri (maksudnya jadi pengurus, pengelola dll), nyumbang publikasi baik di media konvensional maupun via blognya sendiri. Sedikit-demi sedikit yang awalnya cuman uneg-uneg seorang pengangguran, berkat tulisan yang baik isinya (bukan kumpulan sampah demi mengejar ‘SEO’) jadilah satu kegiatan nyata yang bermakna dan tentu saja sangat berguna.
Contoh-contoh kegiatan sosial yang digalang para blogger dan komunitasnya ini bisa dibilang sangat banyak. Saya sendiri pernah ikut beberapa kegiatan komunitas Blogger Family (Blogfam), salah satu komunitas blogger ‘tua’ di Indonesia yang mulai ngumpul sejak tahun 2003-an (hehehe kalo ada tahun/tanggal/item yang salah mohon sesepuh blogfam mengkoreksi saya :P). Mulai dari pelatihan blog untuk ibu-ibu rumah tangga (karena mereka awalnya juga banyakan terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, jadi saya brondong yang nyasar ke sana ^_^), kunjungan sosial Panti Jompo dan lain sebagainya. Komunitas Blogger Bandung (Batagor) dengan kegiatan rutinnya yang bertajuk Bebersih Bandung, komunitas Tugu Pahlawan Surabaya dengan Bakti Sosial Blogger Peduli Anak, Angingmammiri dengan kunjungan ke Panti Asuhan dan pelatihan-pelatihan ke sekolah. Belum lagi kegiatan-kegiatan para blogger dan komunitasnya untuk membantu bencana alam seperti banjir karawang beberapa minggu kemarin, tsunami Aceh, gempa Yogyakarta, gempa Tasikmalaya dan gempa di Padang. Mereka selain membantu dana/sumbangan tapi juga membantu penyebaran info dan mendorong solidaritas masyarakat untuk dapat turut memberikan bantuan.
Tak hanya kegiatan sosial, dari komunitas bloggerpun para anggotanya bisa mendapatkan benefit dari sisi material. Dari Blogfam (ya ya ya, saya officially attached ke Blogfam dan cuman freelancer di komunitas lain) contohnya telah lahir banyak penulis dengan jumlah karya yang banyak sekali. Baik itu menulis atas nama komunitas maupun personal masing-masing anggotanya. Mulai novel hingga buku bertema pendidikan. Komunitas AngingMammiri juga menghasilkan karya beberapa buku. Selain itu, dengan jaringan yang sudah terbentuk, blogger dan komunitasnya bisa jadi salah satu media/channel promosi produk yang baru. Banyak sekarang paid blogger yang bertugas melakukan review suatu produk dan kemudian menuliskan hasilnya di blog. Tingkat kunjungan blog yang tinggi pun bisa menjadi sumber uang dengan adanya iklan contohnya dari Google Ad-sense.
*phew, yak break dulu…. lanjut sharing session seri 2 :P*
Silakan baca juga liputan sebelumnya:

11 Replies to “#sharingSOLO – Day #1 Sharing Session 1”

  1. lengkap betul laporannya mas..per sesi acara lagi..
    sayang pas acara ini saya dateng terlambat dan nggak kebagian kursi..
    salam balik dari jogja..

  2. WAH, ADA NAMAKU DISINI… HEHEHEHE… KAOS LOREK MASIH IDENTIK ANTARA PONOROGO DAN MADURA… WAKTU KEMARIN PAKE KAOS PANITIA… HEHEHE

Leave a Reply to nuri Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *