Online dari Kapal Selam

Siang malam ku selalu
Menatap layar terpaku
Untuk online, online
Online, online
-Saykoji

Ahahaha, kayanya kata satu itu adalah bagian hidup generasi masa kini.
Being online = life itself :)

Ilustrasi distribusi koneksi internet dari bawah laut menggunakan gelombang suara oleh Made Gentlemen

WiFi, WiMax, gigabit, fiber optic dan sederat teknologi internet kecepatan tinggi sudah tidak asing lagi di kita dengar. Tapi ada yang pernah merasa penasaran ga sih gimana caranya online dari bawah samudra?

Bawah samudra?

Yup, istilah-istilah di atas kan buat kita-kita yang hidup di daratan. Nah buat yang sedang berada di dasar samudra gimana cara mereka online?

Yah misalnya dari online kapal selam (yang tentunya lagi nyelam dong).

Nah di majalah Wired edisi Juni 2014, ada artikel yang membahas soal ini. Memanfaatkan gelombang suara, sinyal akan dipancarkan antar node di bawah laut yang satu sama lain terpisah beberapa kilometer. Node-node ini kemudian akan berkomunikasi dengan gateway yang berada di permukaan laut yang terhubung dengan satelit atau jaringan seluler lainnya.

Cuman ya jangan berharap speed turbo yah karena gelombang suara itu 100 ribu lebih lambat dibandingkan gelombang radio.

How to Deal with Annoying Scratchpad

Scratchpad is a tool which is include in Mozilla Firefox browser. It is is essentially a live JavaScript editor and prototyping tool. You can access it through menu Tools -> Web Developer Scratchpad. Or you can just simply open it using shortcut Shift+fn+F4 (In Mac OS X).

Unlike other tools such as Web Console or Firebug, Scratchpad lets you edit larger chunks of JavaScript code, then execute it in various ways depending on how you want to use the output. It wont interpreting single line of code at a time. Using the Scratchpad, a developer can access the current page’s objects, variables and script. In addition, complete functions can be written and tested in the editor within the scope of the live page. These changes can then be attached and saved with the current application.

Although this tools is very handly and friendly for developer, for some people it can be annoying and irritating. There are complaints about it. Eg, sometimes, when you start to type in an email or a form, Javascript Scratchpad opens, and you’re typing in that window. Or Scratchpad is just opened whenever you open a browser tab and accessing a website.

So how to deal with that?

1. Start Firefox in Safe Mode to check if one of the extensions or if hardware acceleration is causing the problem (switch to the DEFAULT theme: Firefox/Tools > Add-ons > Appearance/Themes). To do the Safe mode, follow these steps:

Click on menu icon in the top right of your Firefox browser
Click on menu icon in the top right of your Firefox browser and click on icon “?” next to Cuztomize
mozilla-ffx-safemode-02
Choose Restart with Add-ons Disable
mozilla-ffx-safemode-03
Confirmation to restart Firefox

mozilla-ffx-safemode-04

2. Various Web Developer tools each have their own pref on the about:config page to enable or disable them.

  •     devtools.scratchpad.enabled
  •     devtools.inspector.enabled

Follow these steps:

mozilla-ffx-config-01
type about:config in your address bar
mozilla-ffx-scratchpad-03
search for devtools.inspector.enabled and set it to false by double click on it
mozilla-ffx-scratchpad-02
search for devtools.scratchpad.enabled and set it to false by double click on it

Set those configs to false on the about:config page to disable the Scratchpad. All you need to do is just double click on those settings to toggle it true/false.

That should work. If it doesn’t, then you can try to reset your Firefox settings back to its factory default :)

Ref:

 

Firefox 29 Australis

Pertama kali melihat Firefox #Australis adalah saat saya berada di Mozilla Summit Oktober 2013 di Santa Clara, CA. Namun saat itu, kesan yang timbul dari presentasi mengenai #Australis lebih ke arah theme browser Firefox. Dan beberapa jam sebelum terbang ke San Francisco minggu kemarin saya berkesempatan mencoba sendiri versi official Mozilla Firefox 29 yang mengimplementasikan #Australis ini.

Pas berkesempatan mampir ke kantor Mozilla untuk ikutan launching party Firefox 29 ini, saya menyempatkan bertanya-tanya ke beberapa orang UX designer mengenai fitur-fitur di baliknya.

Awesome, it’s not just a skin make over.
I could say that Firefox 29 is the largest update to Firefox since.… well, ever :)

Secara kasat mata, FFx 29 layoutnya sederhana, lembut dan mirip Google Chrome. Seperti gambar di bawah ini, bentuk tabsnya yang bulat ga kotak lagi, bagian paling kanan atas digantikan dengan ikon menu. Yang masih tersisa adalah kotak pencarian (search bar) dan tombol ‘Back’ yang gede banget itu. Mengingatkan tombol-tombol di Netscape 6 aja.

 

Firefox 29 vs Chrome
Firefox 29 vs Chrome

Selain tampilan yang berubah total, Firefox 29 juga mempunyai update terhadap fitur Firefox Sync. Sekarang kita bisa menggunakan Firefox Accounts. Opsi customization-nya juga jadi lebih banyak.

firefox-sync
firefox-sync

Buat yang belum tahu apa itu Firefox Sync, fitur ini bisa dibilang sama dengan punya Google Chrome. Dengan Sync, kamu bisa membawa informasi tabs yang kamu buka, bookmark juga info-info personal lainnya ke berbagai perangkat yang kamu gunakan selama itu menggunakan browser Firefox. Katakanlah isi bookmark Firefox di Macbook kamu akan sama dengan Firefox yang ada di tablet maupun ponsel Android kamu (juga ponsel/tablet Firefox OS). Di manapun kamu membuat isian bookmark, dia akan tereplikasi ke perangkat-perangkat lainnya. Cukup login menggunakan Firefox Accounts saja di semua perangkat tadi.

Yup, sama halnya dengan akun Google (gmail) kamu, Firefox Accounts ini -juga merupakan bagian dari Firefox OS- memungkinkan pengguna melacak login mereka untuk berbagai layanan, serta bookmark, history browsing, dan setiap tab yang terbuka.

Berikut ini adalah release notes Firefox 29:

  • New: Significant new customization mode makes it easy to personalize your Web experience to access the features you use the most (learn more).
  • New: A new, easy to access menu sits in the right hand corner of Firefox and includes popular browser controls.
  • New: Sleek new tabs provide an overall smoother look and fade into the background when not active.
  • New: An interactive onboarding tour to guide users through the new Firefox changes.
  • New: The ability to set up Firefox Sync by creating a Firefox account (learn more).
  • New: Gamepad API finalized and enabled (learn more).
  • New: Malay [ma] locale added.
  • Changed: Clicking on a W3C Web Notification will switch to the originating tab.
  • Developer: ‘box-sizing’ (dropping the -moz- prefix) implemented (learn more).
  • Developer: Console object available in Web Workers (learn more).
  • Developer: Promises enabled by default (learn more).
  • Developer: SharedWorker enabled by default.
  • Developer: input type=”number” implemented and enabled.
  • Developer: input type=”color” implemented and enabled.
  • Developer: Enabled ECMAScript Internationalization API.
  • Developer: Add-on bar has been removed, content moved to navigation bar.

Jadi, tunggu apa lagi?

Segeralah update Firefox kamu ke versi 29 Australis.

Dunia (Telco) Yang BerAPI

Tulisan ini menyambung tulisan sebelumnya yang berjudul Dunia Penuh API. Topik bahasannya adalah hubungan antara dunia Telco dengan API.

fb-status-20140402

Emang apa hubungannya antara Telco dan API?

Gini, sudah jadi fakta bahwa bisnis telco mulai tergerus dengan adanya layanan-layanan OOT…. eh?! Maaf, maksudnya OTT (Over-The-Top). Operator sekarang dipandang semakin menjadi sekedar pipa bego (dumb pipe) -nya para penyedia layanan OTT ini. Kompetisi di dunia telco terutama di mobile industri sudah berubah.

Telekomunikasi sekarang bukan lagi ngomongin ‘reliability and network scaling‘. Dulu mungkin operator berlomba-lomba menjaga kemampuan pengiriman SMSnya terutama saat lebaran hingga sekian puluhan (atau mungkin ratusan) ribu MDA/seconds. Menjaga supaya angka call drop bisa sekecil mungkin atau bahkan 0%, jangkauan sampai pelosok dan sebagainya.

Sekarang topiknya adalah ‘choice and flexibility of services‘. Orang-orang (apalagi di Indonesia) lebih sibuk milih texting mo pake BBM, WhatsApp, Telegram, WeChat, Line dll. Browser pun banyak pilihan bahkan keyboard app pun bejibun opsinya. Adu banyakan bonus SMS? kayanya dah ga segitu relevan lagi. Dengan pasar mayoritas adalah orang-orang usia muda, mereka akan lebih ribut kalo akses Facebook bermasalah dibandingkan ga dapat bonus SMS :P (ini ilustrasi ngasal saya sendiri).

Di sinilah OTT bermain. Mereka tidak berebut duit dari adu jualan layanan telco (SMS, Tarif Murah, panjang-panjangan Talktime, Paket Data, dll). Yang dikejar justru gimana caranya mengontrol value chain digitalnya dengan model bisnis beraneka ragam. Misalnya mulai dari jualan perangkat elektronik ala Apple, online advertising ala Google, lisensi software, e-commerce dan banyak lagi. Dan mereka ga direpotkan dengan keharusan untuk mikirin (apalagi membangun) infrastruktur jaringan internetnya.

Bayangan orang umumnya tentang Telco vs OTT
-source: IDATE (http://blog.idate.fr/telcos-vs-ott-services/)

Kenapa? Ya karena para operator Telco, ISP sudah melakukan itu semua. Makanya peta persaingan jadi ga simetris lagi antara operator vs OTT player.

Trus operator mesti ngapain? Ikut-ikutan menjadi OTT player juga? Jualan layanan OTT juga?

Hmmmm, ga harus gitu sih. Dah agak terlambat apalagi kalo mindset orang-orang bisnisnya masih belum nyampai ke sana. Nurut saya, seperti halnya OTT, akan lebih baik kalo telco bisa cari cara/inovasi untuk membuat platform, servis, layanan yang telah dimiliki saat ini untuk lebih ‘open’.

**Telco sudah ga boleh rakus mo makan semuanya. Telco sudah ga boleh lagi ngontrol interaksi atau experience konsumernya. Telco ga boleh lagi jadi walled garden kalo masih pingin eksis.

Tentu saja terminologi ‘open’ ini ada batasannya. Tapi konteksnya di sini para pengguna Telco bukan lagi pengguna biasa yang ingin mengirimkan SMS ke pacarnya atau nelpon gebetannya. Tapi bisa dikembangkan ke sesuatu yang baru. Dalam hal ini adalah para developer, bukan sekedar Content Provider lagi.

Open Source?
Not like that. Kita ga ngomongin ‘source‘-nya, tapi ‘service‘-nya.

Tujuan akhirnya nanti adalah membentuk sebuah ekosistem seperti halnya Google/Apple lakukan.
Analoginya, Nokia jaman dulu adalah sebuah produk all-in. Okelah waktu mereka pakai Symbian udah mulai ada API yang dibuka supaya developer bisa bikin aplikasi untuk ponsel-ponsel nokia. Cuman aplikasi di Nokia belum tentu jalan di Ericsson atau Siemens.

Kemudian 2007, Apple memperkenalkan iPhone yang mengubah segalanya (OK ini lebay tapi fakta). Bukan fisik ponsel atau iOS nya yang membuatnya revolusioner. Adalah iTunes dan AppStore yang membuat iPhone bisa sedahsyat yang diketahui orang hingga kini. Apple hanya membekali iPhone dengan fitur/aplikasi dasar saja. Selanjutnya komunitas pengembang (developer) lah yang berperan penting. Dengan API-API dari IOS yang memungkinkan developer membuat aplikasi yang berinteraksi dengan hardware ponsel, API-API dari layanan-layanan internet, toko tempat menjual aplikasi, skema bagi hasil yang bagus (mungkin iOS developer bisa kasih komentar di sini, @didats? @finan?).

Google kurang lebih menerapkan skemanya sama. Begitu juga Microsoft bahkan Blackberry yang kini nasibnya hidup segan mati juga ga jelas.

Dah di sini masuk bahasan soal Telecom API.

Ada yang pernah tau tentang Twilio?

Twilio menyediakan web service API yang memungkinkan para developer untuk membuat aplikasi yang punya kemampuan mengirim dan menerima SMS dan bahkan membuat serta menerima panggilan telepon. Aksesnya cukup over HTTP.

Ada juga Nexmo, dengan tagline “Any country. Any volume. Any scale.” dia juga menawarkan SMS dan Voice API. Dan yang menggunakan API dari Nexmo ini sudah pada kalian kenal kok. Ada Line, Kakao Talk, Viber :)

Kurang lebih seperti itu lah yang harus dilakukan operator telco saat ini. Ya ya, inipun Telco keduluan orang. But it’s better late then too late isn’t it? #ehh… :P

Mengutip wawancara antara Vanessa Barbé, Produser Telecom APIs Conference dengan James Parton, Direktur Twilio Eropa. Saat Vanessa menanyakan tentang status Telecom API saat ini kaya gimana, James mengatakan:
[blockquote source=”James Parton”]”Honestly it has been tough for Telecom Operators to date. APIs require a new mindset inside the Telco. Its no longer about command and control, its about being open and being committed to long term community building. Historically Telco’s have not been great at that.“[/blockquote]

Jadi kalo ga punya mindset ke arah sana, masih pola pikir lama, ya makin suram aja lah.
Seperti yang saya bilang di ** di atas, Telco dah ga bisa maksa pegang kontrol semuanya, masih mengandalkan model bisnis “all-in-one” lagi. Dan sebagai orang community & open source, it’s already well said by James :)

Contoh kolaborasi Telco & OTT :)
– source: http://blog.idate.fr/telcos-vs-ott-services/

Jangan kejebak lagi berinovasi dengan fokus adu fancy teknologi (NFS, IMS, RCS, M2M, bla bla bla). Saatnya geser ke ekosistem. Balik ke soal mindset tadi, ini butuh pemahaman gimana caranya ekosistem tadi harus dibentuk dan gimana caranya nanti si ekosistem tadi dapat menyerap bahkan menginkatkan inovasi.

It’s time to mashup. Time to collaborate.

Buat para pengembang aplikasi, yang disasar bukan lagi long tail app. Pasar Enterprise yang harus jadi fokus.

Tapi (ada tapinya nih) tetap ada PR-PR juga dibaliknya, apalagi yang terkait regulatory. *sigh* :D

Anyway, ada yang tertarik jadi tester Telecom API (versi cupu-cupuan dulu)?

SQL dan NoSQL di MariaDB 10

Singkat saja, MariaDB adalah portingan dari MySQL, software database yang sangat dikenal di dunia opensource. Inisiatif MariaDB muncul pasca MysQL diakuisisi oleh Oracle. Hal ini menimbulkan keraguan juga ketakutan dikalangan open source mengenai roadmap software database tersebut. Akankah tetap open source? Akankah proyeknya tetap diteruskan oleh MySQL? Atau sebaliknya malah dimatikan (setelah fitur-fitur pentingnya diserap ke dalam produk komersil mereka)?

Sejak peluncurannya di tahun 2009, MariaDB telah membangun komunitas open source yang aktif dan telah mempelopori berbagai inovasi dalam dunia database. Tahun 2013, Wikimedia Foundation mengumumkan bahwa mereka memigrasikan database produksi mereka dari MySQL ke MariaDB. Dan jumlah instance-nya tentu tidak hanya 10-20 saja. Selain itu Google juga menyampaikan hal yang sama. Dan ngomongin soal Google, MySQL instance-nya bisa ribuan jumlahnya.

Akhir Maret kemarin, SkySQL -perusahaan yang berada di belakang MariaDB- bersama dengan MariaDB Foundation mengumumkan ketersediaan MariaDB 10. Versioningnya cukup aneh karena versi terakhir MariaDB sebelumnya adalah 5.5 (ngikut versioningnya MySQL). Salah satu fitur penting di MariaDB 10 ini adalah dukungan ke database NoSQL.

NoSQL kini menjadi salah satu solusi penting seiring dengan pesatnya tingkat pertumbuhan pengguna mobile device serta layanan cloud. Hal ini berimplikasi ke jumlah data yang meningkat sangat tajam volumenya yang harus diproses oleh kalangan enterprise. RDBMS sendirian tidak dapat diandalkan lagi untuk mengolah data ini. Dari sinilah NoSQL masuk dengan berbagai kemampuannya.

Seperti dilansir dari blog MariaDB Foundation, fitur utama MariaDB 10 ini adalah Connect Engine yang menyediakan akses ke cepat ke file-file tak berstruktur semacam log file, berbagai tipe ODBC database langsung dari dalaman MariaDB 10. Hal ini kok mengingatkan saya akan presentasi JBoss Data Virtualization dari Redhat :)

Fungsi Cassandra SE (Storage Engine) memungkinkan kita untuk dapat mengakss data di sebuah cluster Cassandra cluster. Hal ini membuat kolom-kolom data dari Cassandra tampil menjadi semacam tabel biasa di MariaDB. Proses select insert update data di Cassandra dapat dilakukan via MariaDB 10 termasuk melakukan “join table” antara data yang disimpan di MariaDB dengan data yang ada di Cassandra.

MariaDB 10 juga mempunyai kemampuan sharding yang sudah built-in dengan SPIDER Engine. Selain itu semua, versi baru ini juga diklaim jauh lebih cepat dan stabil dibandingkan versi-versi sebelumnya.

Untuk kebutuhan aplikasi database yang lebih serius menggunakan MariaDB, SkySQL akan segera meluncurkan MariaDB Enterprise generasi baru termasuk dukungan dari para expert (tentu saja komersial) untuk deployment MariaDB di environment yang lebih besar dan kompleks.

Referensi:

Antara Mozilla-Spreadtrum dan Telkomsel-Indosat :)

2-3 hari ini seiring dengan dibukanya Mobile World Congress (MWC) 2014 di Barcelona berita yang cukup santer (at least for me) adalah Mozilla mengumumkan kerjasama dengan pabrikan chipset asal China bernama Spreadtrum. Hasil kerjasama ini nantinya adalah sebuah ponsel pintar yang dapat diproduksi di kisaran harga USD 25 (IDR 292,375 kalo pake kurs BCA 25/2/2014).

Seperti dilansir di blog Mozilla, selain kerjama sama dengan Spreadtrum ada 7 ponsel baru yang diperkenalkan. Dan yang =mungkin= membuat berita ini jadi ramai di Indonesia adalah bergabungnya Telkomsel dan Indosat ke dalam 21 operator yang mendukung gerakan ‘Open Web Device‘.  Yayyyyy, bravo Telkomsel.

Cuman apakah dengan bergabungnya Telkomsel dan Indosat (plus Polytron sebagai hardware player) langsung bisa diterjemahkan sebagai ‘Ponsel Firefox OS segera dipasarkan di Indonesia, paling tidak diperkirakan akhir tahun 2014 pula’? *smile* *wink* :) Really?

Dari 21 daftar operator tadi, sejauh ini sepertinya baru 4 doang lho yang telah memasarkan perangkat Firefox OS.

What I can tell you is that operators (context: in Indonesia ) will support anyone, specially if it could help increasing the customer base (hopefully ARPU) :)

I dont want to make any more comment on this. The PR guys will do their job when the time comes. Back in MozSummit, I met some people asked some questions more or less about it and got no suitable answers :) Oh well maybe I asked the wrong Mozilla employee :)

Ok, kembali ke Spreadtrum.

Dilansir dari press release Spreadtrum, bahwa kerjasamanya dengan Mozilla telah menghasilkan sebuah referensi desain komplit untuk Firefox OS dengan menggunakan chipset buatan Spreadtrum. Di kesempatan ini, Spreadtrum memperkenalkan chipset SC6821 yang disebut sebagai chipset pertama yang memungkinkan industri dapat memproduksi smartphone seharga USD 25.

Saya agak bingung menerjemahkan istilah turnkey dari press release Mozilla maupun Spreadtrum. Tapi kalo di kerjaan saya sehari-hari sih turnkey (dalam hal ini turnkey project) analoginya adalah satu solusi yang komplit, all in, terima jadi.

Kenapa kata turnkey digunakan di berita-berita tadi?
Kita harus lihat desain chip SC6821 itu sendiri supaya dapat gambaran. Namun sayangnya saya ga nemu info lebih jauh mengenai chipset SC6821 :( Asumsi saya sih dia masih dalam tahap finalisasi dan semoga bisa dapat ‘segera’ diproduksi masal. Yah, supaya Polytron ga nunggu kelamaan juga buat bikin devicenya :)

Tapi kalau desainnya ga jauh-jauh dari chipset SC6820, kira-kira si SC6821 akan seperti ini.

Spreadtrum's SC6820
Spreadtrum’s SC6820

Cukup 1 chipset, sudah cukup untuk mengerjakan hampir semuanya. Makanya disebut sebagai turnkey.
SC6820 hanya bekerja di jaringan 2G, sementara SC6821 akan mendukung jaringan 3G (no, no, no. Jangan ngarep 4G/LTE dulu yah :)
Speknya kurang lebih CPU ARM Cortex-A5 1GHz, 128 MB RAM, 256 MB NAND flash, 3.5″ HVGA touchscreen, built-in Wi-Fi and Bluetooth, FM radio, dan tentu saja Firefox OS.

Far too low for me, tapi bukan berarti seperti itu buat orang lain.
Dengan harga segitu, maka -ok, ini hiperbolik – siapa saja bisa punya smartphone yang terkoneksi dengan internet. Kembali ke manifesto Mozilla sendiri bawah internet sudah dan semakin menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Semakin kita terhubung satu sama lain, semakin banyak info yang tersampaikan harapannya akan dapat membuat kehidupan manusia akan jadi lebih baik.

Know more, do more, do better.
Awesome!

Ah iya, Mozilla dan Spreadturm juga telah selesai melakukan integrasi Firefox OS di chipset SC7710 yang merupakan chipset WCDMA (ok, istilah awamnya 3G deh) dan diharapkan hasil bagus juga didapatkan di chipset yang lebih advance yaitu SC7715 bulan Maret nanti.