Rainy Days in Hong Kong through an iPhone 6

So, I flew to Hong Kong couple weeks ago to do some work. For me, Hong Kong is boring since there are only bricks, buildings, shopping, density, crowded, not so nice weather (for me).

Nevertheless, there are things which make Hong Kong keep interesting. It’s density, crowded people are nice subject for street photography.

But, it was raining everyday! And since i only had -literally- 1 afternoon and less then 9 hours the next day before my flight back to Jakarta, I don’t have much time to explore. Only manage to walk across Nathan road and some alley around it. Took ferry from Victoria Harbour to Hong Kong Island (roundtrip, twice! :P). And finally using Airport Express train from IFC mall to go airport.

Continue reading “Rainy Days in Hong Kong through an iPhone 6”

[Travel] Assalamualaikum Beijing

Assalamualaikum Beijing :)

Bukan bukan, ini bukan judul film yang itu kok. Saya belum nonton filmnya apalagi baca bukunya.

Terakhir saya menginjakkan kaki di ibukota China ini sekitar tahun 2007-2008. Dan alhamdulillah, mengawali tahun 2015 ini saya berkesempatan berkunjung kembali ke sini. Well, bukan berkunjung sih tepatnya karena ini bagian dari urusan kantor bertemu dengan kolega dari China Unicom dan China Mobile.

Saya pasti mati kutu kalo ke China. Pertama saya buta aksara, pengetahuan mengenai bahasa Mandarin juga minus (selain angka, beberapa kalimat standar percakapan dan pesan makanan di restoran fasfood, i know nothing). Walaupun saya gemar banget mempelajari sejarah kuno China. Tapi ya butuh teman ngobrol bahasa Inggris jadinya. Paling ga, itu topik yang sangat nyambung buat memulai percakapan dan biasanya merambat kemana-mana :)

Continue reading “[Travel] Assalamualaikum Beijing”

[#31DaysofDecember] 16 – Yellow

paris_x100s_20140919195017_6938

During my travel, I’ve seen colours in many shapes.

And this post is all ab out [label style=”yellow”]Yellow[/label]

 

paris_x100s_20140914205833_6025

 I’ve rarely seen this Orange Fanta. Glad to have one in Paris :)

paris_x100s_20140915190215_6283

paris_x100s_20140916175811_6495sydney_20141108102713_7377_xt1

Mailbox in Paris vs Sydney

sydney_20141106163822_7267_xt1-2

 

 

Paris Kota Romantis

paris_xt1_20141019202946_6693

Paris kota romantis. Hmmmm…. tergantung sih. Tapi definisi romantis masing-masing orang kan beda. You’ll know when you’re there :)

Di Paris, hampir semua tempat bisa jadi romantis sih. Jalan-jalan sepanjang Champs Elysees sampe Louvre (romantis + gempor for some people :P), maen ke museum + taman, dansa di bantaran sungai, Eiffel hingga ngemper di jembatan pun bisa jadi romantis lho :)

Ngomongin soal jembatan -ini jembatan yang nyeberangin sungai yah- di Paris ga bisa dianggap hal sepele. Menurut www.paris.fr , ada 37 Pont (jembatan dalam bahasa Perancis) yang menyeberangi sungai Seine di Paris. Dari daftar tersebut, banyak jembatan yang jadi atraksi wisata. Paling gampang, coba jalan menyusuri Seine dari Notre Dame sampe Eiffel deh. Ini rute pendek, tapi kamu bakal nemuin banyak jembatan keren di sana. Mulai dari Pont de l’Archevêché, Pont Neuf di seputaran Notre Damme hingga yang paling keren Pont Alexandre III.

paris_xt1_20141019195921_6603

paris_xt1_20141019195943_6608

Tapi walaupun paling keren, buat kebanyakan orang kalo ngomongin soal romantis maka kumpulan ornamen dan dekorasi klasik di Pont Alexandre III kalah dengan kumpulan gembok di Pont des Arts.

paris_x100s_20140916232319_6734

Let’s talk a bit about Pont des Arts.

Secara harfiah artinya Jembatan Seni, tapi sejak akhir 2008 sepertinya dia sudah berganti nama sepihak jadi Jembatan Cinta, Love Bridge, Pont de l’Amour.

Kok bisa?

Pertama kali ke Paris di awal tahun 2000an, jembatan ini hanyalah jembatan pedestarian kecil berlantai kayu yang biasa kita gunakan buat ngumpul-ngumpul bareng teman, ngemper sambil sekedar ngobrol atau nyanyi-nyanyi. Banyak artis nongkrong di sini untuk menggambar suasana pemandangan sungai Seine. 4 sisinya menarik semua, tinggal pilih mo ngadep ke Notre Dame, Institute, Louvre atau Eiffel di kejauhan. Waktu itu ga ada satu gembok pun yang nangkring di pagar jembatan.

Nah, terkait dengan Love Lock/Gembok Cinta sebenarnya berawal dari cerita melankolisorang-orang Serbia semasa perang dunia pertama tentang 2 sejoli dari kota Vrnjacka Banja. Di pertengahan tahun 2000an, acara pasang gembok cinta di jembatan ini mulai menyebar di Eropa dengan berbagai macam latar belakang. Di Italia sendiri katanya dipicu novel romantis “Ho voglia di te” karya Federico Moccia tahun 2006. Jadilah jembatan Ponte Milvio yang membelah sungai Tiber penuh dengan gembok.

Di Paris sendiri baru akhir 2008. Kayanya sih para turis yang bikin kegiatan ini jadi semacam ritual yang harus dilakukan kalo mengunjungi Paris. It’s City of Love isn’t it? Plus banyak banget pula jembatan di Paris. Pont des Arts adalah salah satu korbannya.

Kenapa saya sebut korban? Pagar jembatan ini sudah roboh di beberapa bagian. Ya, gara-gara ga kuat nahan beban ribuan gembok yang nangkring di sana. Padahal jembatan yang dinyatakan sebagai salah satu cagar budaya Perancis ini sejarahnya dimulai di awal tahun 1800an. Dia sudah pernah rusak gara-gara perang dunia I dan II, belum lagi karena ketabrak perahu.

Kini beberapa bagian pagar jembatan sudah diganti dengan semacam panel kaca. Katanya seluruh bagian pagar akan diganti panel sejenis supaya ga dicantelin gembok lagi.

Itu baru Pont des Arts, gembok-gembok yang lain tau-tau dah nangkring di Pont de l’Archevêché ama 11 jembatan lainnya. Keriting deh pemerintah kota Paris. Di lain sisi, gembok-gembok itu bisa jadi obyek foto yang menarik banget sih :)

Yang perlu ditekankan, aksi pasang gembok cinta ini bukan tradisi orang Perancis/Paris. Padahal being romantic in Paris itu so simple loh :) I’ll show you more when I go there again with you :)

paris_xt1_20141019202918_6689

paris_xt1_20141019202940_6690

Paris Two Face Part #2

So you’ve seen some of the part of Paris. Now let me show you the other part of The City of Love. This part is in Bahasa Indonesia :P

Tahu ga kalo P di kata PARIS itu singkatan dari Pickpockets?

[label style=”red”]Yup, copet![/label]

Ok, itu karangan saya doang. Tapi saya serius soal copet di sana. Paris ada di urutan ke-3 kota dengan pencopet paling banyak atau tingkat kecopetan tertinggi di Eropa. Ok, versi saya lagi tapi ini hasil kompilasi beberapa artikel tentang top 10 Cities of Pickpockets. Kalian bisa Googling sendiri lah.

paris_ip5_20140916173735_2712

Saya teringat setahun kemarin saat seorang teman ingin berwisata ke Paris. Saya secara khusus menekankan ke dia untuk hati-hati akan pencopet di Paris. Cuman saya lupa dah dah telat ngasih tahu ke dia kalo Brussel itu juga sarang copet. Kejadian lah…

Maafkan saya :(

Tapi kamu tetap menikmati liburannya kan? Although with a little grunt, you’ll always have a unique story to tell :) And it’s much more awesome than watching a bridge without getting off the bus :p

Balik ke copet. Dibandingkan saat pertama kali saya datang ke Paris, angka kriminalitas aksi pencopetan ini bisa dibilang naik berkali lipat. Saya bilang sih dah dalam tahap memprihatinkan dan bisa menimbulkan dampak ga baik untuk pariwisata Perancis atau dalam hal ini kota Paris.

Korban paling menderita adalah wisatawan asal China. Tahun 2013 lalu saja angka kriminalitas yang menimpa wisatawan asal China naik hingga 22% dari tahu sebelumnya. Ga heran kalau Mei 2014 lalu ada berita kalau pemerintah China akan mengirimkan polisi ke Paris untuk membantu berjaga-jaga khususnya mengamankan wisatawatan China yang ingin menghabiskan liburan musim panas di sana.

Menurut Global Blue, wisatawan China diperkirakan menghabiskan rata-rata $2,020.66 tiap kali belanja.  Tentu saja kebanyakan berbelanja di butik-butik terkenal. Dan itu menjadikan mereka sebagai tukang belanja nomor 1.

Hal lainnya adalah, wisatawan asal China rata-rata belanja tunai, bawa Euro tunai dalam jumlah besar. No credit cards. Belum lagi sehabis belanja, paperbag butik-butik terkenal pada bergantungan di tangan mereka laksana pelayan warung Padang dengan tumpukan piringnya. Nah, gimana ga jadi sasaran utama para pencopet, penipu atau penodong tuh?!

Mereka ada di obyek-obyek wisata mulai dari Eiffel, museum hingga Champs Elysees. Sepertinya ga ada stasiun Metro yang ga ada copetnya deh, apalagi stasiun segede Gare Du Nord.

Kita ga akan tahu  – atau paling ga akan susah banget – membedakan mana copet, turis atau warga Paris itu sendiri. Lha, tampangnya saja pada bule semua. Pada rapi, pada modis :( Belum lagi banyak copet itu masih abege-abege.

Karena kriminal yang masih di bawah umur kalo di Perancis -sesuai dengan hukum di sana- paling hanya akan dipenjara semalam. Setelahnya mereka akan di lepas dan sehari kemudian akan nyopet lagi.

[divider type=”dashed”]

Berikutnya adalah

[label style=”red”]scam, penipuan.[/label]

Seperti halnya pencopet, para scammers – penipu ini datang membanjiri Paris (hiperbolik tapi jumlahnya emang banyak banget sih) terlebih di musim panas. Bentuk penipuannya sih macam-macam. Mulai yang paling sering dipakai adalah trik nemu cincin jatuh hingga nawarin kamu baju-baju dari “butik terkenal” yang ga jadi digunakan karena fashion week telah berakhir.

Berikut ini adalah beberapa modus penipuan yang sering digunakan:

Nemu Cincin

Ini biasanya di Montmartre atau di sepanjang tepi sungai Seine. Tapi karena kemarin itu itungannya sudah bukan summer lagi, saya ga ngelihat penipuan modus ini.

Modusnya sih kalian akan disamperin orang yang bilang baru saja nemu cincin di jalan. Dan menawarkan cincin itu ke kalian seharga beberapa Euro. Well, it’s a fake ring and not even gold.

So, just say NO! And walk away.

Gelang persahabatan

Sejauh ini saya banyak melihat mereka di Sacre Coeur dan beberapa di bawah Menara Eiffel. Modusnya, jika kalian mengunjungi Sacre Coeur setelah puas foto-foto di Square Louis-Michel, secara naruliah kalian akan mengambil jalan naik sebelah kanan.

Saya juga begitu kok. Nah tepat diujung jalan, kalian akan dicegat beberapa orang berkulit hitam (bukan bermaksud rasis yah) yang akan menawarkan kalian gelang/cincin persahabatan atau apalah namanya. Gelang ini dari benang sih.

Nah apapun yang ada di benak kamu saat itu, just say No! Non! Nggak!

Mending tangan kamu masukin ke saku celana/jaket saja karena mereka ini cukup maksa-maksa. Tau-tau tangan kita dah digenggam ajah dan gelang dipasang. Brengseknya kita ga akan bisa melepas gelang tersebut, paling ga saat itu. Mereka jago banget ngiketnya. Nah kalo ini sampe terjadi, kalian bakal dipalak harga gelang dengan nonimal ga masuk akal. Gelang kaya gituan di toko-toko suvenir di bawah ga lebih dari 2 Euro. Itupun serentengan. Nah kalian bisa dipalak 10x lipatnya. Atau kalo kalian sial, pas ga bawa duit, kalian bakal digiring ke ATM terdekat and who knows next.

Polisi? Polisi ada jam patrolinya. Karena saya ngabisin waktu seharian di sana, yang saya amati para polisi ini rutin patroli berkeliling sampe jam 12 siang saja. Sehabis itu mereka hanya muncul sesekali, dan di waktu ini lah para penipu itu beraksi.

Sumbangan sukarela

Wah kalo ini kasat mata ada di mana-mana, kecuali di Metro. Biasanya cewek-cewek atau anak-anak bawa map yang berisi “daftar penyumbang” dengan kop kertas sumbangan berbahasa  Perancis. Jika kalian bisa berbahasa Perancis, tentu akan janggal baca kertas sumbangan itu, tapi yang mereka incar adalah turis-turis “berhati mulia” yang memang ga bisa berbahasa Perancis.

Dan begitu kalian tanda tangan, yang ada kalian akan dipalakin juga dengan nilai sumbangan yang cukup gede. Kalian ga tau kan bunyi kalimat di kertas sumbangan/petisi itu? Modus lain adalah mereka akan pura-pura bisu tuli dan minta anda menandatangani petisi tersebut.

Di Champs Elysees saya diikuti 2 cewe yang gigih minta sumbangan dan nanya saya bisa bahasa apa. Mulai Inggris, Jepang, Korea, Thailand (yaelah tampang jawa gini…). Dan mereka akhirnya nyerah setelah saya bilang “Parlez Klingon?” Dan saya mulai meracau dalam bahasa Klingon seingat yang pernah saya tonton di serial Star Trek. Saya juga ga ngerti ngomong apaan :P But it works, they went away dan saya bisa kembali jalan dengan tenang menikmati macet dan berisiknya Chamsps Elysees.

Same rule. Say no, and go away. Saya sampe harus membentak 2 ababil di Notre Dame karena mereka ngeyel dan sudah dalam tahap mengganggu.

Yang lain?

  • Ada Shell Game. Itu lho, kalian harus menebak 1 di antara 3 gelas (atau apalah bentuknya) yang ada isinya. Lihat video ini deh . Kalian mesti hati-hati karena penipunya juga nyaru jadi penonton dan copet juga beraksi di sini.
  • Cafe-cafe dengan harga ngemplang. Jadi kalo ada cafe dengan menu semua in English tapi ga ada pricelistnya, mending cabut ajah deh.
  • Toilet umum yang…. ewwww. Bahkan toilet di Laffayete-pun agak memprihatinkan.

    paris_x100s_20140915190243_6286
    WC umum paling bersih dan segar yang telah saya cobain seminggu kemarin :P Dan gratis pula. Yah bisa ngasih sekedarnya sih ke ibu-ibu yang jaga

    paris_x100s_20140915204050_6358
    antri di toilet, awas ada copet…

    paris_x100s_20140915194131_6301
    ngedumel pipis ajah kena ‘charge’ 1000-2000 rupiah? Gimana kalo kena 1 Euro?
  • Jangan kaget kalo kalian akan sering mencium bau pipis di banyak tempat. Apalagi di seputaran metro. Satu dekade lalu saya pertama kali ke Paris juga sudah begitu.

Nah apa yang mesti dilakukan buat menghindari hal-hal kriminal?

Kalo saya sih saya berusaha membaur dengan penduduk lokal. Bisa dikit-dikit (buanget) ngomong Perancis. Ini bisa membantu, karena Parisian akan mendadak jauh lebih ramah kalo kita berusaha ngomong dengan bahasa Perancis walopun amburadul. Well, ga semua juga sih :P

Ga usah sok dandy, over fashion kaya pemuda-pemuda di sini,  ga nenteng2 SLR dengan segala perlengkapan lenongnya (done that and no more except i’m on special assignemnt) . Gak sok gaya-gayaan apalagi sibuk selfie.

paris_x100s_20140915201717_6344 paris_x100s_20140915203252_6356
Parisian in a Metro

 

paris_x100s_20140915181143_6249 paris_x100s_20140915232441_6436
2 foto terakhir ini diambil di hari yang sama hanya beda jam dan tempat. Which one is fashion failed?

Parisian itu casual kok, gayanya sederhana tapi matching. Yah mungkin agak bedalah di seputaran Champs Elysees. Tapi ga pada pake celana pendek, baseball cap dengan tshirt tulisan/gambar macam-macam.

Pake iPhone jauh lebih efektif buat saya dibandingkan harus bawa dan buka peta segede gambreng itu. There’s a lot of app for your smartphone to keep you safe and lost direction :)

Intinya ga usah over, nikmatin saja kota dan suasananya. Banyak hal yang bisa kalian lakukan.

Leyeh-leyeh di taman (ada banyak taman yang bagus dan nyaman di Paris) sambil baca buku, dengerin musik dan berjemur. Kalo ada teman bisa sambil ngobrol + makan siang/sore + bawa wine, piknik deh. Tapi ya hati-hati jangan naruh tas/handphone sembarangan.

Kuliner? Pastry Perancis kan terkenal tuh. Nongkrong di Cafe sampe bosen juga bisa.

Banyak tempat yang bisa dijelajahi. Saya saja masih belum khatam zone 1-3. Menjelajah Louvre pun belum tamat. Seperti 13 tahun lalu, kali ini kembali saya ga punya kesempatan untuk main ke Versailles. Saya juga penasaran dengan Catacombs, labirin lorong yang dibentuk dari tumpukan tengkorak serta tulang belulang manusia yang berada di bawah kota Paris. Saya belum sempat sekalipun masuk pemakaman/Cemeterie di Paris. Padahal keren tuh buat obyek foto yang rada-rada sureal/gothic.

Di mana-mana saya lebih sering naik Metro dibandingkan bis. Eh kecuali di Kyoto dan San Francisco sih yang rute utamanya emang jalur bis. Sempat ketemu beberapa pengunjung dan mereka cerita soal spending time di bis umum (RATP) nikmatin jalan. Satu hal yang ga kepikir, padahal Navigo cardku bisa buat bis juga.

Kali ini saya bawa X100s dan XT-1, dibanding Fujifilm DL series saya dulu bedanya seperti bumi dan langit. Tetap saja ternyata saya ga segitu banyak juga mengambil foto. Too carried away, damn…

Mungkin alasan biar bisa balik lagi ke sana untuk serius moto dan ngider-ngider pake bis hehehehehe *mulai budgeting dan hunting tiket promo*

Nah, ada yang mo join?