#CariMukaKatanya :D
Available for Mac, Windows and Android near you :)
10 Juni kemarin Mozilla mengumumkan versi terbaru Firefox v30.
Nah, apa saja yang ditawarkan oleh browser open-source berusia 10 tahun ini di versi terbarunya?
Sebenarnya ga banyak sih update yang ditawarkan, dibandingkan versi 29 yang secara tampilan dah beda banget.
Terdapat tombol baru yang memudahkan kita untuk akses ke bookmark, social, dan history
GStreamer 1.0 yang akan memanjakan pengguna Linux untuk dapat mengakses video H.264 via browser seperti halnya AAC dan MP3
Plugin yang tidak ada di whitelist plugin Firefox atau bukan bagian dari extension browser ga akan aktif secara otomatis.
Buat para developer, background-blend-mode akan aktif by default dan waktu menampilkan error stack nomor kolomnya akan tampil juga.
Firefox 30 untuk Android menampilkan tombol Quickshare baru dan juga versi lokal baru (termasuk di dalamnya versi Indonesia, Malaysia, Latvia dan Belarusia). Loading pagenya juga mengalami perbaikan yang cukup bagus di jaringan 3G
Detil perubahan apa saja yang telah terjadi di versi ini dibandingkan sebelumnya bisa dibaca di sini. Info buat para developer terkait perubahan-perubahan di versi 30 bisa dibaca di sini.
Nah, versi berapa Firefox kalian saat ini? Ayo update ke versi 30 \^_^/
Nah kalo postingan sebelumnya saya nulis soal 2 API baru dari Dropbox, kali ini saya coba nulis tentang alternatif Dropbox. Namanya ownCloud.
Sama-sama memberikan fitur dasar yang sama seperti halnya Dropbox seperti file storage, sinkronisasi dan sharing. Bedanya, ownCloud ini adalah free software dengan basis PHP, SabreDAV dan dapat bekerja dengan berbagai macam database seperti SQLite, MariaDB, MySQL, Oracle Database, and PostgreSQL.
Fiturnya antara lain:
File storage
Cryptography
Synchronization of clients
Calendar
Task scheduler
Address book
Music streaming (via Ampache)
User and group administration (via OpenID atau LDAP)
Sharing of content across groups or public URLs
Online text editor with syntax highlighting and code folding
Melihat ke belakang sejenak, sejarah ownCloud ini diawali oleh seorang a KDE software developer bernama Frank Karlitschek. Dalam satu presentasinya dia menginginkan adanya solusi alternatif storage service dari yang ada saat itu. Solusi open source cloud storage yang bisa kita kontrol sendiri. Maka dia mulai proyek pengembangan ownCloud ini di January 2010.
So what’s wrong about it anyway?
Emang kenapa sih kalo kita pakai layanan dari Dropbox dan teman-temannya daripada repot-repot setup cloud storage sendiri?
Ummm, jadi gini
Menurut Symantec, lebih dari 75% bisnis telah menyimpan data-data sensitif perusahaan di layanan public clouds.
40% mengalami pemaparan informasi rahasia dengan kata lain datanya bocor ke luar.
40% bilang data yang disimpan di public cloud tadi hilang, jadi mereka harus restore lagi dari backup. Nah kalo ternyata maksud hati pake cloud awalnya malah buat jadi backup ya nangis tralala deh.
1 dari 5 pengguna yang disurvey bilang mereka pake layanan file sharing/storage ini untuk kerja, artinya dokumen-dokumen kerjaan disimpan di sana
Mayoritas pengguna Dropbox tahu bahwa pakai Dropbox itu melanggar aturan perusahaan, hence they did it anyway. Kenapa? Prasangka baiknya sih karena emang mereka butuh layanan ini untuk membantu kerjaan, sementara perusahaan belum bisa menyediakan.
Menurut Infosecisland.com angka kerugian rata-rata akibat kebocoran data perusahaan ini adalah $5.5 juta pada tahun 2011
Kita lihat ilustrasi dari ownCloud.com berikut ini:
Buat perusahaan, masalah akan timbul jika:
Karyawan sinkronisasi data-data sensitif perusahaan ke device pribadi mereka. Entah itu pc, laptop, tablet, handphone
Karyawan sharing data-data tersebut dengan orang lain walaupun itu rekan kerja apalagi rekanan dan entah siapa lagi
Data-data tadi disimpan di penyedia layanan yang ga jelas (ga punya reputasi atau malah ga dikenal)
Belum lagi kalau perusahaan harus comply dengan aturan-aturan negara terkait dengan kerasahasiaan data. Misalnya saja institusi perbankan/keungan.
Ada kompetitor di luar sana yang akan sangat senang mendapatkan data-data tadi berapapun harganya. tetottttt
Jadi sebenarnya kalau bukan data sensitif baik itu untuk keperluan pribadi apalagi sebuah instansi mestinya sih ga segitu masalah kita pake public storage. Nah buat pengguna rumahan maupun perusahaan, ownCloud ini dapat diinstall sendiri dalam sebuah private server tanpa ada biaya tambahan.
Untuk versi enterprise, ownCloud menawarkan berbagai fitur tambahan selain support. Misalnya saja adanya logging modul yang akan mencatat aktivitas-aktivitas yang terjadi terhadap file yang disimpan di ownCloud, siapa yang mengakses, kapan dan dari mana.
Dari sisi support beberapa perbedaan antara community edition dengan enterprise edition adalah sbb:
Waktu Wikufest2012, saya menyinggung tentang trend mobile device dan juga ngomporin adik-adik untuk lebih banyak ngoprek mobile app. Mobile device tetap menjadi booming dan sepertinya makin menjadi dengan diluncurkannya banyak produk di quartal pertama 2013 ini.
Dari Mobile World Congress 2013 di Barcelona, Mozilla memulai debutnya.
Nah kebetulan juga di Wikufest2013, ada beberapa representatif Mozilla Indonesia yang menjadi pembicara. Entah seberapa jauh mereka nowel-nowel soal FirefoxOS. Yang jelas sih gelaran Firefox App Day pertama di Indonesia dilakukan tepat seminggunya. Kalau sebelumnya para peserta cuman bisa bayangin OSnya seperti apa via simulator(atau ngoprek ndiri masang B2G di handset android-nya). Now it’s real.
The OS, The Handset is now out there…
Tapi, apasih sebenarnya FirefoxOS itu?
To be short, FirefoxOS itu adalah sistem operasi berbasis Linux untuk mobile device (smartphone dan tablet). If you already knew Symbian, Windows Mobile, iOS, Android, this is another one.
Seperti halnya browser Firefox, FirefoxOS ini dibuat oleh Mozilla. OS ini didesain untuk dapat menjalankan aplikasi-aplikasi HTML5 untuk dapat berinteraksi dengan hardware mobile devicenya langsung. Yah kasarnya web-app talk to the hardware ‘secara native’. Weeew, menggoda sekali.
Satu hal lagi adalah, FirefoxOS dapat berjalan optimal di low-end handset.
Things that even Android cant perform.
Jadi ga perlu lagi keluar duit banyak untuk menikmati ‘smartphone’ pada akhirnya nanti. Pasar low-end handset pun akan semakin meriah, ga sekedar ponsel hitam-putih seperti sekarang ini :P Karena apa? karena ponsel-ponsel itu nanti akan kaya aplikasi.
Mozilla disebutkan sudah mendapatkan komitment dari lumayan banyak operator seluler untuk ikut membantu menyebarkan FirefoxOS ini. Paling tidak ada America Moovil, China Unicom, Deutsche Telekom, Etisalat, Hutchison Three Group, KDDI, KT, MegaFon, Qtel, SingTel, Smart, Sprint, Telecom Italia Group, Telefonica, Telenor, Telstra, TMN, dan VimpelCom. Sementara pabrikan devicenya ada Alcatel, ZTE, LG dan Huawei. Ah tentu saja Qualcomm sebagai suplier processor nya :)
Lho kok bisa operator seluler ikut membantu penyebarannya?
Kalau di Indonesia, pelanggan bebas membeli ponsel merek apapun dan di manapun. Nah rata-rata operator di luar negeri menjual layanannya dengan model bundling layanan + handset. Dan karena modelnya postpaid/prabayar, si pelanggan terikat kontrak dengan operator. Harga devicenya sudah termasuk dalam biaya bulanan kontrak layanannya.
Menurut Mozilla juga, Brazil, Colombia, Hungary, Mexico, Montenegro, Poland, Serbia, Spain, dan Venezuela bakal menjadi barisan awal negara-negara yang bakal mencoba FirefoxOS. Setelahnya baru mungkin Asia. Apakah Indonesia akan menjadi yang pertama di Asia? I dont think so *baca soal bundle di atas*
But it will be a very tough market for the Fox…
First Firefox OS phones side-by-side
Anyway, berikut ini adalah spesifikasi ZTE Open
Layar 3.5-inch HVGA capasitive,
Qualcomm MSM7225A processor (ga tau clock speednya berapa tapi either 600-800MHz),
Kamera 3.2-megapixel
256MB RAM
512MB storage
Wi-Fi 802.11a/b/g/n
Bluetooth 2.1 + EDR
GPS
FM radio
1,200mAh battery
dan ini Alcatel One Touch Fire, kurang lebih sama sih
Display 3.5″,
CPU 1 GHz Qualcomm
RAM 256MB
Internal Storage 512MB bisa ditambah via SD Card
Kamera 3.2MP
Tinggal nunggu waktu saja handsetnya akan masuk Indonesia :)
Mengutip dari Wikipedia, Chromebook adalah sebuah komputer yang menggunakan sistem operasi Google Chrome OS. Chromebooks dikenal karena harganya yang cukup kompetitif dan waktu start up nya yang sangat cepat. Bisa dibilang Chromebook adalah komputer/laptop berbasis Linux yang paling sukses hingga saat ini.
Komputer ini didesain untuk bekerja optimal saat terhubung dengan jaringan internet. Kenapa? Karena Chromebook akan lebih banyak digunakan untuk mengakses aplikasi-aplikasi yang dihosting di Internet. Sebutlah Cloud Apps dari pada aplikasi-aplikasi standalone yang kita kenal selama ini (misalnya Microsoft Office, Adobe Photoshop, Coreldraw dan sejenisnya).
Seri Chromebook yang beredar saat ini bisa dibilang ga lebih dari sekedar Netbook dengan OS yang hebat. Chromebook dari pabrikan Samsung, Acer, Lenovo dan HP rata-rata menggunakan prosesor Intel Celeron atau Intel Atom. Harga berkisar antara $300 – $450. Murah iya, tapi tetap saja underpower.
Sampai kemudian muncul Pixel.
Laptop dengan layar 13inch, retina display dan body terbuat dari anodized alumunium ini menjadi penantang Apple Macbook Pro 13inch Retina Display. Layar Chromebook Pixel ini mempunyai resolusi 2560×1700 dengan rasio 3:2. Ruang vertikalnya jadi lebih banyak sekitar 18% dibandingkan dengan layar berasio 16:9 dengan total pixel sekitar 4.3 juta pixel, 239 ppi. Sebagai perbandingan, MBP Retina Display 13inch resolusinya 2560×1600 dengan 227 ppi.
And it’s a touch screen also in real.
Pixel menggunakan CPU Intel Core i5 dengan opsi media penyimpanan SSD berkapasitas 32 atau 64 GB. Sedikit yah? Tapi ingat, karena Chromebook didesain untuk bekerja optimal saat terhubung dengan internet, Google memberikan storage Google Drive sebesar 1TB gratis selama 3 tahun.
Spesifikasi lainnya kurang lebih standar sih. Full-sized keyboard yang .. macbook banget (yah nyaris semua model laptop begitu sih sekarang), slot SD card, 2x USB port, trackpad dengan multi-finger gestures, Wi-Fi atau opsional koneksi LTE dari Verizon.
Perkiraan harganya untuk yang versi 32GB Wi-Fi only akan berkisar sekitar $1,300. Sedangkan versi 64GB + LTE sekitar $1450 dan diperkirakan akan mulai beredar pada bulan April nanti. Tapi dah bisa dipesan di Google Play kok. Cuman ya itu, baru di Amerika doang. Bagian dunia lainnya belum tahu kapan.
Jadi, buat para fashion gadget apakah bakal antri atau mungkin bela-belain ‘mendatangkan’ Chromebook ini dari US sana sama sepertis saat Google Nexus smartphone maupun tablet launching beberapa waktu lalu?
Ummm, kalau saya pribadi sih sepertinya akan pilih MBP Retina Display saja. Pa lagi 15″, trus tinggal install chrome browser untuk pakai chome-app nya :p
Kalau belum bisa baca-baca di sini deh.
Intinya DreamWorks adalah perusahaan/studio film yang sudah menghasilkan banyak film (animasi) yang menjadi box office di dunia. Tidak hanya film ‘biasa’, studio ini juga memproduksi film-film animasi yang sudah banyak kita kenal.
Sebut saja Shrek, Kungfu Panda, trilogi Madagascar, Chicken Run dan yang baru tayang adalah Rise of the Guardians.
Terkait dengan animasi tadi, Dreamworks telah meng-open source-kan salah satu perangkat lunak produksi film mereka yaitu OpenVDB.
Menurut David Lipton, pemimpin tim efek di film Mr. Peabody & Sherman yang sedang diproduksi, dengan OpenVDB mereka dapat mengatasi masalah keterbatasan memory yang selama ini terjadi. Hal ini akan memungkinkan pembuatan gambar animasi yang lebih detil sehingga akan meningkatkan kualitas film animasi itu sendiri.
Sebagai contoh, OpenVDB telah menjadi teknologi kunci dalam film Puss in Boots dan Madagascar 3.
OpenVDB dirilis menggunakan Mozilla Public License 2.0 dan bisa didownload di sini. Cuman, saat ini OpenVDB baru teruji di RedHat Linux. Untuk varian linux lainnya atau bahkan platform lain sih sepertinya tinggal tunggu waktu saja.