Dunia (Telco) Yang BerAPI

Tulisan ini menyambung tulisan sebelumnya yang berjudul Dunia Penuh API. Topik bahasannya adalah hubungan antara dunia Telco dengan API.

fb-status-20140402

Emang apa hubungannya antara Telco dan API?

Gini, sudah jadi fakta bahwa bisnis telco mulai tergerus dengan adanya layanan-layanan OOT…. eh?! Maaf, maksudnya OTT (Over-The-Top). Operator sekarang dipandang semakin menjadi sekedar pipa bego (dumb pipe) -nya para penyedia layanan OTT ini. Kompetisi di dunia telco terutama di mobile industri sudah berubah.

Telekomunikasi sekarang bukan lagi ngomongin ‘reliability and network scaling‘. Dulu mungkin operator berlomba-lomba menjaga kemampuan pengiriman SMSnya terutama saat lebaran hingga sekian puluhan (atau mungkin ratusan) ribu MDA/seconds. Menjaga supaya angka call drop bisa sekecil mungkin atau bahkan 0%, jangkauan sampai pelosok dan sebagainya.

Sekarang topiknya adalah ‘choice and flexibility of services‘. Orang-orang (apalagi di Indonesia) lebih sibuk milih texting mo pake BBM, WhatsApp, Telegram, WeChat, Line dll. Browser pun banyak pilihan bahkan keyboard app pun bejibun opsinya. Adu banyakan bonus SMS? kayanya dah ga segitu relevan lagi. Dengan pasar mayoritas adalah orang-orang usia muda, mereka akan lebih ribut kalo akses Facebook bermasalah dibandingkan ga dapat bonus SMS :P (ini ilustrasi ngasal saya sendiri).

Di sinilah OTT bermain. Mereka tidak berebut duit dari adu jualan layanan telco (SMS, Tarif Murah, panjang-panjangan Talktime, Paket Data, dll). Yang dikejar justru gimana caranya mengontrol value chain digitalnya dengan model bisnis beraneka ragam. Misalnya mulai dari jualan perangkat elektronik ala Apple, online advertising ala Google, lisensi software, e-commerce dan banyak lagi. Dan mereka ga direpotkan dengan keharusan untuk mikirin (apalagi membangun) infrastruktur jaringan internetnya.

Bayangan orang umumnya tentang Telco vs OTT
-source: IDATE (http://blog.idate.fr/telcos-vs-ott-services/)

Kenapa? Ya karena para operator Telco, ISP sudah melakukan itu semua. Makanya peta persaingan jadi ga simetris lagi antara operator vs OTT player.

Trus operator mesti ngapain? Ikut-ikutan menjadi OTT player juga? Jualan layanan OTT juga?

Hmmmm, ga harus gitu sih. Dah agak terlambat apalagi kalo mindset orang-orang bisnisnya masih belum nyampai ke sana. Nurut saya, seperti halnya OTT, akan lebih baik kalo telco bisa cari cara/inovasi untuk membuat platform, servis, layanan yang telah dimiliki saat ini untuk lebih ‘open’.

**Telco sudah ga boleh rakus mo makan semuanya. Telco sudah ga boleh lagi ngontrol interaksi atau experience konsumernya. Telco ga boleh lagi jadi walled garden kalo masih pingin eksis.

Tentu saja terminologi ‘open’ ini ada batasannya. Tapi konteksnya di sini para pengguna Telco bukan lagi pengguna biasa yang ingin mengirimkan SMS ke pacarnya atau nelpon gebetannya. Tapi bisa dikembangkan ke sesuatu yang baru. Dalam hal ini adalah para developer, bukan sekedar Content Provider lagi.

Open Source?
Not like that. Kita ga ngomongin ‘source‘-nya, tapi ‘service‘-nya.

Tujuan akhirnya nanti adalah membentuk sebuah ekosistem seperti halnya Google/Apple lakukan.
Analoginya, Nokia jaman dulu adalah sebuah produk all-in. Okelah waktu mereka pakai Symbian udah mulai ada API yang dibuka supaya developer bisa bikin aplikasi untuk ponsel-ponsel nokia. Cuman aplikasi di Nokia belum tentu jalan di Ericsson atau Siemens.

Kemudian 2007, Apple memperkenalkan iPhone yang mengubah segalanya (OK ini lebay tapi fakta). Bukan fisik ponsel atau iOS nya yang membuatnya revolusioner. Adalah iTunes dan AppStore yang membuat iPhone bisa sedahsyat yang diketahui orang hingga kini. Apple hanya membekali iPhone dengan fitur/aplikasi dasar saja. Selanjutnya komunitas pengembang (developer) lah yang berperan penting. Dengan API-API dari IOS yang memungkinkan developer membuat aplikasi yang berinteraksi dengan hardware ponsel, API-API dari layanan-layanan internet, toko tempat menjual aplikasi, skema bagi hasil yang bagus (mungkin iOS developer bisa kasih komentar di sini, @didats? @finan?).

Google kurang lebih menerapkan skemanya sama. Begitu juga Microsoft bahkan Blackberry yang kini nasibnya hidup segan mati juga ga jelas.

Dah di sini masuk bahasan soal Telecom API.

Ada yang pernah tau tentang Twilio?

Twilio menyediakan web service API yang memungkinkan para developer untuk membuat aplikasi yang punya kemampuan mengirim dan menerima SMS dan bahkan membuat serta menerima panggilan telepon. Aksesnya cukup over HTTP.

Ada juga Nexmo, dengan tagline “Any country. Any volume. Any scale.” dia juga menawarkan SMS dan Voice API. Dan yang menggunakan API dari Nexmo ini sudah pada kalian kenal kok. Ada Line, Kakao Talk, Viber :)

Kurang lebih seperti itu lah yang harus dilakukan operator telco saat ini. Ya ya, inipun Telco keduluan orang. But it’s better late then too late isn’t it? #ehh… :P

Mengutip wawancara antara Vanessa Barbé, Produser Telecom APIs Conference dengan James Parton, Direktur Twilio Eropa. Saat Vanessa menanyakan tentang status Telecom API saat ini kaya gimana, James mengatakan:
[blockquote source=”James Parton”]”Honestly it has been tough for Telecom Operators to date. APIs require a new mindset inside the Telco. Its no longer about command and control, its about being open and being committed to long term community building. Historically Telco’s have not been great at that.“[/blockquote]

Jadi kalo ga punya mindset ke arah sana, masih pola pikir lama, ya makin suram aja lah.
Seperti yang saya bilang di ** di atas, Telco dah ga bisa maksa pegang kontrol semuanya, masih mengandalkan model bisnis “all-in-one” lagi. Dan sebagai orang community & open source, it’s already well said by James :)

Contoh kolaborasi Telco & OTT :)
– source: http://blog.idate.fr/telcos-vs-ott-services/

Jangan kejebak lagi berinovasi dengan fokus adu fancy teknologi (NFS, IMS, RCS, M2M, bla bla bla). Saatnya geser ke ekosistem. Balik ke soal mindset tadi, ini butuh pemahaman gimana caranya ekosistem tadi harus dibentuk dan gimana caranya nanti si ekosistem tadi dapat menyerap bahkan menginkatkan inovasi.

It’s time to mashup. Time to collaborate.

Buat para pengembang aplikasi, yang disasar bukan lagi long tail app. Pasar Enterprise yang harus jadi fokus.

Tapi (ada tapinya nih) tetap ada PR-PR juga dibaliknya, apalagi yang terkait regulatory. *sigh* :D

Anyway, ada yang tertarik jadi tester Telecom API (versi cupu-cupuan dulu)?

Apple Live Chat Support … Speechless…

Last week I have very funny experience with Apple Live Chat Support. My iPhone 5 is having problem with the sleep/lock button (as well as many others, i think iphone4 users also having same experience but with the home button) and perhaps because of that the front camera also acting weird. It ‘crashed’ the camera app whenever you witch from rear to front camera.

Being an Apple iPhone user in Indonesia is sucks at some point. There’s no Apple Store here. What I’ve done was digging any info I can get first, then contact the apple support. I just want to know their opinion about the problem I had and ask for the Apple authorized service center.

And this all I’ve got. The officer in charge told me to GO TO an address New South Wales AUSTRALIA while I’ve explained in the first time that i live at INDONESIA. Based on the ‘zipcode’ it just 15.6km away. (*@^(!*($)%!%)$)

[divider]

[divider]

Apple oh apple…. speechless…

Maybe because Indonesia and Australis is next to each other, an address in NSW is all I’ve got. Otherwise I might get an address in South Africa or Boston for example where my zipcode can be used also to locate a store :)

How to Create OS X 10.9 Mavericks Bootable Installer

install-mavs-00a

So, Apple’s latest Mac OS X 10.9 finally released with codename Mavericks.

Like the previous 2 version (Lion 10.7 & Mountain Lion 10.8), Mavs doesnt ship on a disc. it’s available only as an installer app downloadable from the Mac App Store. The installer it self needs no bootable installation disc. But it cant stop you for having a bootable Mavericks installer, right?

It will be very useful if you want to install Mavericks on multiple Macs offline.

And one more thing, users running Snow Leopard and later will be able to nab the update for free via the App Store. No additional cost.

So, i’d like to share how to create a bootable Mavericks installer on a USB stick. It’s not that difficult actually.

  1. You have to get the latest version of Mavericks installer first. Since i’ve downloaded Mavericks today (23/10/2013) from App Store, my version should be 10.9.0. The installer size is about 5.3GB. After downloading the installer a new window will appear asking you to install. Just cancel it.
    install-mavs-00c
    There’ll be at least 2 ways to create the bootable installer. Using Disk Utility and the fastest one is using a new feature built into Mavericks for creating an install drive called [highlight]createinstallmedia[/highlight]. I’ll use this method here.
  2. You need to have at least 8GB USB stick. Rename it to something you like. I name my USB Mavericks. Well it’s not to rename the drive. But since we will us Terminal to type the command, I think it will be easier for you to use a simple name for the drive. Make sure your USB is properly formatted.
    If you’re not sure about that, this is the step to prepare your USB drive.

    I use my previous ML USB installer
    I use my previous ML USB installer


    Open Disk Utility, select your USB drive and choose Erase tab
    Open Disk Utility, select your USB drive and choose Erase tab


    Choose format Mac OS Extended (Journaled)Give the name to your driveClick Erase
    Choose format Mac OS Extended (Journaled)
    Give the name to your drive
    Click Erase


    that's all, you'll have your USB ready
    that’s all, you’ll have your USB ready


    [highlight]Warning: This step will erase the destination drive or partition, so make sure it doesn’t contain any valuable data. [/highlight]
  3. Open Terminal, and type/copy paste this command
    sudo /Applications/Install\ OS\ X\ Mavericks.app/Contents/Resources/createinstallmedia --volume /Volumes/Mavericks --applicationpath /Applications/Install\ OS\ X\ Mavericks.app --nointeraction
  4. Type your your root/admin-level account password when prompted.
  5. You’ll see the progress in the Terminal window. It will displays a textual representation of a progress bar: Erasing Disk: 0%… 10%…20%… bla bla bla. Wait until everything finished.

    I go inside the installer directory, therefore the command will be a lil bit different for you
    I browse inside the installer directory, therefore the command will be a lil bit different for you
  6. Voila! You have your bootable Mavericks-install drive.

install-mavs-banner

Mobile Apps = App{roach} S{trategy}

Pasca kelahiran iPhone tahun 2007, kata ‘mobile‘ menjadi satu kata yang wajib untuk diperhatikan di kalangan business. Dan dengan melonjaknya trend penjualan ‘smart mobile device‘ (ga hanya phone doang yah) 3 tahun terakhir ini, ‘mobile‘ bukan hanya wajib untuk diperhatikan tapi perusahaan-perusahaan harus mulai terjun ke dalamnya.

‘Mobile’ akan menjadi channel distribusi baru.
‘Mobile’ akan menjadi metode service baru.
‘Mobile’ akan menjadi bisnis baru.

Tapiiiiiii… ada tapinya neh. Sebelum mulai melangkah maju, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ini semua menyangkut strategi. Hal ini yang saya rasa masih minus di sini. Karena kebanyakan orang, terutama mereka yang ada di level business decision maker yang masih bertindak berkacamata kuda dan masih fly high dengan euforia tren yang sedang ada. Masa sih segitunya? Oh ho ho ho, percaya deh. I’ve been talking to guys like this dan itu melelahkan.

Jadi mau kamu jadi orang marketingnya, jadi orang produknya, jadi orang teknis nya, strategi ini sangat penting. Karena bikin strategi ini tidak akan beranjak jauh dari mengenal secara dalam apa sih binis kita itu sebenarnya dan apa sih app yang tepat yang akan kita butuhkan nanti.

Iya dong, banyak aspek yang harus diperhatikan. Ga cuman asal “eh gue pingin A B C, siapin duit dan pilih ajah antara X/Y/Z untuk membuatnya”. Tetotttt, nah ini yang bakal bikin berantakan karena both parties are clueless actually.

Nah, saya mengutip diagram infografis dari Mutual Mobile untuk sedikit memberikan gambaran contoh bagaimana kita membuat strategi terkait pemanfaatan mobile technology tadi. Karena Mutual Mobile adalah perusahaan yang bergerak di pengembangan mobile web dan responsive design, point-point yang akan dibahas di sini lebih mengarah ke pendekatan bentuk mobile app nya nanti mau seperti apa.

Dan klien MutualMobile ini ga tanggung-tanggung lho. Ada Google, Cisco, Xerox, Samsung, Audi dan banyak lagi

Pixel from Google

Pernah dengar Chromebook?

chromebook-logo_big Mengutip dari Wikipedia, Chromebook adalah sebuah komputer yang menggunakan sistem operasi Google Chrome OS. Chromebooks dikenal karena harganya yang cukup kompetitif dan waktu start up nya yang sangat cepat. Bisa dibilang Chromebook adalah komputer/laptop berbasis Linux yang paling sukses hingga saat ini.

Komputer ini didesain untuk bekerja optimal saat terhubung dengan jaringan internet. Kenapa? Karena Chromebook akan lebih banyak digunakan untuk mengakses aplikasi-aplikasi yang dihosting di Internet. Sebutlah Cloud Apps dari pada aplikasi-aplikasi standalone yang kita kenal selama ini (misalnya Microsoft Office, Adobe Photoshop, Coreldraw dan sejenisnya).

Seri Chromebook yang beredar saat ini bisa dibilang ga lebih dari sekedar Netbook dengan OS yang hebat. Chromebook dari pabrikan Samsung, Acer, Lenovo dan HP rata-rata menggunakan prosesor Intel Celeron atau Intel Atom. Harga berkisar antara $300 – $450. Murah iya, tapi tetap saja underpower.

Sampai kemudian muncul Pixel.

chromebook-pixel-2Laptop dengan layar 13inch, retina display dan body terbuat dari anodized alumunium ini menjadi penantang Apple Macbook Pro 13inch Retina Display. Layar Chromebook Pixel ini mempunyai resolusi 2560×1700 dengan rasio 3:2. Ruang vertikalnya jadi lebih banyak sekitar 18% dibandingkan dengan layar berasio 16:9 dengan total pixel sekitar 4.3 juta pixel, 239 ppi. Sebagai perbandingan, MBP Retina Display 13inch resolusinya 2560×1600 dengan 227 ppi.

And it’s a touch screen also in real.

Pixel menggunakan CPU Intel Core i5 dengan opsi media penyimpanan SSD berkapasitas 32 atau 64 GB. Sedikit yah? Tapi ingat, karena Chromebook didesain untuk bekerja optimal saat terhubung dengan internet, Google memberikan storage Google Drive sebesar 1TB gratis selama 3 tahun.

Spesifikasi lainnya kurang lebih standar sih. Full-sized keyboard yang .. macbook banget (yah nyaris semua model laptop begitu sih sekarang), slot SD card, 2x USB port, trackpad dengan multi-finger gestures, Wi-Fi atau opsional koneksi LTE dari Verizon.

Perkiraan harganya untuk yang versi 32GB Wi-Fi only akan berkisar sekitar $1,300. Sedangkan versi 64GB + LTE sekitar $1450 dan diperkirakan akan mulai beredar pada bulan April nanti. Tapi dah bisa dipesan di Google Play kok. Cuman ya itu, baru di Amerika doang. Bagian dunia lainnya belum tahu kapan.

chromebook-pixel-5

Jadi, buat para fashion gadget apakah bakal antri atau mungkin bela-belain ‘mendatangkan’ Chromebook ini dari US sana sama sepertis saat Google Nexus smartphone maupun tablet launching beberapa waktu lalu?

Ummm, kalau saya pribadi sih sepertinya akan pilih MBP Retina Display saja. Pa lagi 15″, trus tinggal install chrome browser untuk pakai chome-app nya :p

Referensi:

SCREEN INDUSTRIAL DESIGN CPU BATTERY
12.85″ display with a 3:2 aspect ratio
2560 x 1700, at 239 PPI
400 nit screen
178° extra-wide viewing angle
Active cooling with no visible vents
Machined from anodized aluminum
ENERGY STAR® certified
Intel® Core™ i5 Processor (Dual Core 1.8GHz)
Intel® HD Graphics 4000 (Integrated)
Up to 5 hours of active use (59 Wh battery)
INPUTS SIZE & WEIGHT MEMORY NETWORK
Gorilla® Glass multi-touch screen
Backlit Chrome keyboard
Fully clickable, etched-glass trackpad
HD Webcam
297.7 x 224.6 x 16.2 mm
3.35 lbs / 1.52 kg
4 GB DDR3 RAM
32 GB Solid State Drive*
Dual-band WiFi 802.11 a/b/g/n 2×2
Bluetooth 3.0™
PORTS AUDIO   GOODIES
2 x USB 2.0
mini display port
2-in-1 card reader supporting: SD, MMC
Headphone/microphone jack
Built-in microphone array
Integrated DSP for noise cancellation
Powerful speakers tuned for clarity
  1 TB of Google Drive Cloud Storage for 3 years*
12 free sessions of GoGo® Inflight Internet

Traktor DJ

Punya/menggunakan iPad?
Pernah main-main dengan aplikasi DJ untuk iPad?

Try this one. Traktor DJ dari Native Instruments. Harganya hanya $20.
Aplikasi ini disesain untuk iOS khususnya iPad (jari kriting ga akan cukup buat maenan DJ di iPhone/iPod touch :P)

traktor-dj-lapBuat yang akrab dengan music controller/producing atau hal-hal terkait dengan DJ pasti tidak asing lagi dengan nama Native Instruments. Perusahaan yang membuat software DJ terkenal yaitu Traktor Pro dan juga hardware baik itu untuk Digital DJ controller seperti Traktor Kontrol/Audio/Scratch.

Traktor DJ ini didesain dan dikembangkan oleh tim yang sama yang membuat Traktor Pro.
Kamu bakal dapat 2 deck dengan 3-band EQ. 8 efek (turunan dari Traktor Pro) yang pengoperasianya kini serba touch ^_^. Enak banget dibanding muter-muter kenop.

Fitur yang cukup menarik perhatian adalah ‘Freeze’. Dengan fitur ini, kamu bisa ‘freeze’ atau menghentikan musik dan memungkinkan kita bermain-main dengan waveform musik itu sendiri on the fly. Mau set cue points, bikin loop atau bikin sample buat dimainkan on the fly juga. Selain itu Traktor DJ juga bisa sync-up dengan aplikasi Traktor Pro 2.6 di laptop/PC kamu buat sharing cue points ataupun sample. Bwehh….

traktor_note_browserswipe_2x traktor_note_hotcue_2 traktor_note_zoomwaveform_1x

 

Nah kalo pingin lebih, iPad + TraktorDJ kamu tadi tinggal colokin ajah ke Traktor Audio 6 atau Audio 10 (via USB connection kit-nya iPad). Udah deh, kamu bakal dapat fungsi cue dan pre-listen yang lebih tepat.

TraktorDJ + Traktor Audio & Speaker
TraktorDJ + Traktor Audio & Speaker

Gambaran jelasnya bisa lihat video berikut deh. Have fun ^_^