#sharingSOLO Day #1 – Finale

Last part of sharingSOLO day #1, I’ll make it short.

Sesi terakhir sharing dari sisi UKM adalah perwakilan dari Jaringan Perempuan Usaha Kecil (JarPuk) disampaikan oleh FE Sujanti. (mohon maaf jika penulisan namanya salah).

   

Ibu-ibu super ini memulai dari level usaha rumah tangga untuk membantu suami mencari nafkah. Ada kisah tragis juga dibalik JarPuk (khususnya wilayah Surakarta ini). Diawali kebakaran besar yang dialami Pasar Gede sekitar April 2000. Kejadian ini tentu saja menjadi pukulan telak para pedagang khususnya pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya di sini. Termasuk usaha kecil milik ibu-ibu ini. Namun tragedi tidak dikenal di dalam kamus hidup mereka. Tanpa modal dan keterpurukan ekonomi tidak membuat semangat mereka pudar. Malah semakin berkobar untuk tetap bisa survive demi keluarga. 

 

Ibu Sujanti & Pak Gunawan

Anggota JarPuk Sukoharjo

Hasilnya? Sampai dengan saat ini, JarPuk Surakarta tercatat sudah memiliki sekitar 319 anggota dan dibatasi maksimal 500 anggota hingga akhir 2010 ini.

Jenis usaha JarPuk Surakarta ini juga beragam. Mulai dari kuliner, kerajinan tangan sampai dengan fashion n craft. Bahkan ada yang go international. Yang diambil contoh kemarin adalah Esti Collection (batik kalau tidak salah) yang telah melakukan eksport hingga pasar negara-negara ASEAN.

Sesi ini adalah sesi paling seru baik dari materi sharing maupun dari jumlah pertanyaan yang paling banyak diantara sesi lainnya. Dan pertanyaan paling di ingat adalah dari Cak Aris Plat-M (cwiiw) dengan analogi perdagangan sapi nasional dan pertanyaan mengenai cara penggalangan kekuatan antar pelaku UKM. Pertanyaan serius, hal ini mengingat pemerintah gembar-gembor penggalakan dan “dukungan” akan UKM tapi pada kenyataanya banyak keputusan/political will pemerintah yang justru tidak pro UKM.

Terlepas dari agenda politik yang mendominasi, hal penting yang disinggung oleh Bu Janti dari jawabannya adalah soal penerapan standarisasi. Hal ini juga sungguh mengena karena banyak produk lokal kita terutama dilevel UKM/SME yang kurang memperhatikan hal ini. Standarisasi ini akan menjadi parameter pasar menentukan nilai dari produk itu sendiri. Dan standarisasi ini juga meliputi banyak hal mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, produksi sampai dengan packaging dan pemasaran. 

JarPuk Surakarta ini juga menerapkan standar SP (Sertifikat Penyuluhan) atau PIRT (Produksi Industri Rumah Tangga) pada anggotanya. Jadi hasil produksi anggotanya khususnya kuliner yang lolos standar mutu SP dan PIRT tersebut dapat dipasarkan di mal-mal tidak lagi hanya mengandalkan pasar tradisional saja. Comply with standard, produk kita bisa masuk pasar. Exceed the standards, pasar akan makin mencari produk kita.

Pelatihan juga perlu untuk upgrade knowledge kita. Kalau di perusahaan tempat saya bekerja ada namanya OJT (On the Job Training). Maksudnya setiap individu berperan dalam menularkan pengetahuan/skill yang dimilikinya kepada yang lain. Tidak perlu melalui satu sesi training/pelatihan khusus tapi bisa pararel dilakukan sambil bekerja. Contohnya ya dengan diskusi. Hal ini juga dilakukan oleh JarPuk Surakarta dengan memberikan pelatihan-pelatihan pada anggotanya bahkan juga mengirimkan anggotanya untuk ikut maupun memberikan pelatihan di daerah lain.

Selain itu, Jarpuk juga memberikan statement bahwa komunikasi antar anggota itu adalah utama ini menjawab pertanyaan dari Mas @nicowijaya

Pertanyaan terakhir dari Mas Nanang – Magelang mengenai bagaimana upaya JarPuk di dunia nyata dalam membangun kerja sama dengan pihak-pihak dari pemerintahan, khususnya pemerintah kota Surakarta.

Sesi selanjutnya disampaikan oleh JarPuk Sukoharjo yang berbagi pengalamannya mengenai produksi kuliner. 

Menjelang tengah hari, Pak Joko Widodo, walikota Surakarta, yang sedianya memberikan sambutan pembukaan rupanya berkesempatan hadir. Walau waktu cukup mepet, namun beliau masih dapat bergabung dengan para blogger untuk memberikan sambutan.


Pak JokoWi, Walikota Surakarta

Pak JokoWi langsung tancap gas dengan mode salesman, city branding mempromosikan kota Surakarta yang akan mempunyai even-even sampai level Internasional yang akan di adakan di Surakarta. Mumpung yang hadir para blogger sehingga diharapkan dapat membantu mempromosikannya di blog masing-masing. 

Selain itu Pak JokoWi juga menjabarkan wacana mengenai kolaborasi antar pemerintah kota dengan mengambil contoh pariwisata. Dengan adanya kolaborasi ini diharapkan city branding maupun promosi dapat ditekan costnya karena dilakukan bersama. Mengingat destinasi wisata jawa tengah khususnya Solo dan sekitarnya berdekaran satu sama lain, hal ini tentunya sangat ideal. Beliau juga curhat kalo kolaborasi ini susah banget kompaknya. Yah bisa dimaklumi sih Pak, pada pingin show-off, lupa deh dengan semangat awalnya. Apa lagi ini antar pejabat pemerintahan kan ….

Setelah break acara dilanjutkan dengan presentasi dari XL selaku sponsor utama. Sesi ini dibawakan dengan gaya yang segar oleh Pak Teddy Bara Iskandar. Isi presentasi mengupas produk-produk XL yang berkaitan dengan akses internet. Akhir presentasi diisi dengan game yang yang masih terkait dengan topik presentasi tersebut. Gratisan itu emang paling top buat meriahin suasana yah :)

 

Penutup acara adalah sambutan singkat (dalam artian sebenarnya) yang disampaikan oleh Paman Tyo  yang berduet dengan Pak Blontank. Jadi deh dagelan segar dari 2 sesepuh yang rebutan ga mau menyepuhkan satu sama lain ini :) Pak Blontank pun menutup acara saat hari sudah gelap. Selain menjelang maghrib di luar emang sedang mendung berat.

That’s all, selanjutnya yah acara selesai. Para peserta dari komunitas pada kumpul, ngobrol satu sama lain dan yang jelas ritual wajibnya adalah foto-foto sebelum ruang pertemuan dengan segala atributnya diberesin panitia :)


background ritual foto-foto peserta sharingSOLO


lampu


Mbak Ajeng, blogger ponorogo n bekasi (cwiiw)


Plat-M, Mas Teddy dan lainnya


kotareyog


Sendiri menantang langit


Berbekal tempat sampah dan sepotong batu, akhirnya bisa nampang juga :P

postingan terkait:

#sharingSOLO Day #1 – Sharing Session 2

Setelah sesi yang dibawakan oleh perwakilan dari komunitas BHI, selanjutnya masuk ke inti acara yaitu sharing dari pelaku UKM. Dimulai dari presentasi oleh Pak Benyamin Esa. Beliau ini adalah pengusaha wiraswasta dibidang percetakan, nama perusahaannya ESA Grafika. Beliau ini sudah merintis usaha sejak dari bawah, menjelajah Surakarta dan sekitarnya. Usaha kemudian merambah seputaran Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Beberapa tahun Pak Ben menjalani model usaha seperti ini, seringkali beliau sendiri harus ikut keliling ke kota-kota lain untuk menjemput bola mencari orderan. Sampai pada satu titik di mana beliau berpikir kalau keliling terus seperti itu walau pendapatan finansial ada tapi capeknya tentu juga ga ketulungan.

Trus?

Nah ini dia. Pak Ben ini mulai bersinggungan dengan internet.  Beliau sempat meminta bantuan seorang teman untuk membuatkan website persusahaannya. Tapi karena tidak berjalan mulus, website itu tidak jadi dan Pak Ben hanya mempertahankan domain esagrafika.com saja sampai sekarang. 

Pak Ben, domain esagrafika.com badhe telas September 2010 puniki. Jangan lupa memperpanjang biar ga ditake-over orang :)

Kemudian berawal dari sebuah pelatihan blog di sebuah mal di Solo, Pak Ben iseng-iseng ikutan. Dari sana muncul ide untuk membuat sebuah blog yang isinya adalah foto-foto hasil produk Esa Grafika. Hasilnya jadilah  https://esagrafika.blogspot.com.

Menggunakan tagline “pusatnya paper bag, furing bag dan digital bag di solo“, Pak Ben dengan esagrafika-nya mulai memperluas jaringan pemasaran melalui media online. Seperti halnya di sesi pertama, blog ini menganut prinsip marketing “gethok tular”. Dari satu pembaca merekomendasikan ke pembaca/blogger lain. Awalnya dilingkaran komunitas yang sama (mungkin di bengawan) kemudian merambah ke komunitas lain. Dampaknya orderan pun mulai bermunculan dan Pak Ben tidak perlu intens keliling kota lagi seperti dulu (atau malah udah ngga sama sekali yah, Pak?)

Nah beberapa pertanyaan yang muncul di sesi Pak Ben ini, semua jawabannya kalo dirangkum bisa menjadi satu kesimpulan saja. Pak Ben menjawab kalo media online (blog) yang digunakannya saat ini baru sebagai saranan promosi saja. Tidak ada aktivitas ecommerce di sana. Transaksi yang ada pun cukup konvensional. Orang lihat blog, baca-baca, di sana ada contact number dan email. Dah ordering dilakukan via email tersebut dan paymentpun menggunakan bank transfer. Plusnya di sini, ESA grafika bisa mendapatkan DP dulu sebagai modal dari pemesanan “online” ini. Dari model offline, banyak pemesan (apalagi yang sudah kenal akrab) asal main pesan saja, tanpa memberikan DP dan bayarnyapun nanti jika sudah ada dana (kalo ingat pula :P)

Nah, Pak Ben kapan ngeblog lagi? hehehehehe

Isinya lebih sering di-update dong, Pak. Jadi pengunjung blog akan selalu disuguhin konten/isi yang update yang akan menarik mereka untuk tetap datang dan membantu secara ga langsung promo produk-produk esagrafika. Misalnya:

twitter: @nurikidy eh ada koleksi baru dari @esagrafika solo, lho. beberapa item malah ada sale di pameran XYZ tangga a-b.

 

Sharing selanjutnya diberikan oleh Mas Azis dari batik Putra Laweyan. Nah versi putra laweyan ini website yang dibuat tidak model blog tapi lebih ke product catalogue. Kalau kita lihat di website putra laweyan sendiri, di sana ada info yang lebih lengkap dibandingkan esgrafika.blogspot.com. Mulai dari produk terbaru, tata cara pemesanan dan transaksi, katalog produk lengkap dengan harga dan status stoknya, artikel mengenai batik dan hal lainnya. Satu hal yang sama dengan esagrafika adalah belum ada full e-commerce transaction di sana. Pembayaran tetap dilakukan via bank transfer atau cash on delivery. Untuk target pasar internasional sepertinya payment model bank transfer akan agak merepotkan. Coba kalo ada semacam clearing house atau tepatnya mungkin agregator untuk memfasilitasi proses e-commerce bagi pengusaha batik (dan usaha lainnya) untuk se-Solo dan sekitarnya. Jadi kalau mo order tinggal bayar pakai paypal atau via google checkout :)

Karena sebelumnya mblasuk-mblasuk laweyan masih banyak yang pada tutup, n mau ke kauman kayanya kok dah ga ada waktu, akhirnya beli beberapa batik di putra laweyan ini. Pelanggan Telkomsel dapat diskon 15% untuk baju, peserta sharingSOLO dapat diskon 20%. Yayyyyyy, mantap nih nego nya pak Blontank Poer.

Postingan lain yang terkait: