Kenapa asciinema

Buat para software developer dan DevOps engineer di lingkungan Unix/Linux, pakai terminal itu udah kayak makanan sehari-hari. Entah itu buat deploy aplikasi, troubleshooting, atau jalanin tes, berbagai aktivitas lainnya. Nah, mendokumentasikan aktivitas-aktivitas tersebut bisa menjadi hal yang sangat berharga. Dokumentasi tersebut bisa sangat membantu saat nanti butuh debugging, share ilmu ke anggota tim yang lain hingga jadi evidence/bukti untuk comply dengan aturan kerja yang ada.

Cara merekam sesi terminal dengan asciinema

Tools screen recording yang ada saat ini kebanyakan kurang oke buat ngerekam interaksi di terminal secara efisien. Bayangin mesti bikin screen recording pake QuickTime, VLC, ScreenRec atau GNOME screen record. Atau OBS?

Output file videonya bakal gede-gede, nggak bisa dicari teksnya, dan sering butuh bandwidth gede buat di-share. Belum lagi kalau kita butuh proses perekaman ini terintegrasi dengan CI/CD pipeline.

Di sinilah asciinema mengambil peran.

Kenapa fastfetch?

Hari ini hari ke-26 bulan Ramadhan tahun 2025. Sambil menunggu sahur, saya eksekusi rencana untuk upgrade operating system laptop dari MacOS 14 Sonoma ke MacOS 15 Sequoia. Fresh install.

Tralala yada yada, setelah hampir 2 jam akhirnya proses instalasi selesai termasuk tweaking, O/S update beserta instalasi beberapa aplikasi & tools basic untuk kebutuhan saya sehari-hari.

Salah satu tools yang pasti saya install adalah neofetch. Sebuah tools, text-base, yang akan menampilkan informasi mengenai sistem kamu (O/S + hardware dan penggunaanya) dengan format tampilan yang keren di terminal window.

source: https://github.com/dylanaraps/neofetch

Keren kan? Sayangnya neofetch ini sudah tidak diteruskan lagi pengembangannya per 26 April 2024 lalu. Repo github-nya pun sudah diarsip dengan update terakhir di tahun 2020.

Di homebrew MacOs pun paketnya sudah dinyatakan deprecated dan akan dimatikan per 4 Mei 2025 nanti.

Screenshot

Nah, ada banyak tools alternatif pengganti neofetch dan pilihan saya adalah fastfetch. Dia punya kemampuan lebih dibandingkan neofetch. Lebih faster (ciye, ala anak jaksel), lebih banyak fitur, support Wayland (Neofetch technically nggak. Kebetulan saya ada Linux & FreeBSD box yang pakai Wayland), dan yang penting projectnya masih aktif diurusin.

Pengalaman (lagi) dengan Indosat IM3

Melanjutkan postingan saya sebelumnya di sini, saya kembali mencoba untuk menjadi pengguna Indosat IM3. Di postingan tersebut saya mempunyai teori:

  1. Layanan pendaftaran online Indosat IM3 postpaid sangatlah buruk terlebih untuk opsi pengambilan sendiri (self pickup) kartu SIM perdana yang melibatkan pihak ketiga.
  2. Bahwa kalau ingin mendaftar menjadi pengguna Indosat IM3 (postpaid) akan lebih aman jika kita datang fisik ke gerai, kantor atau toko.

Untuk membuktikan teori tersebut pada Kamis malam kemarin (3 Oktober 2024) saya kembali mampir ke Erafone Gandaria City saat pulang kantor.

Sebenarnya sebelum ke Erafone Gancit saya telah beberapa kali menghubungi salah satu officer di gerai Indosat IM3 yang membantu kasus saya di postingan sebelumnya. Sayangnya tidak pernah ada balasan. Jadi ya sudahlah….

SIM Card perdana IM3
Read more: Pengalaman (lagi) dengan Indosat IM3

Pengalaman Buruk Dengan Indosat M3

Saya sedang membangun sebuah lab di rumah. Dan salah satu experimen yang akan saya lakukan adalah setup load balancing internet connection dengan multi WAN/ISP (internet Service Provider). Di sisi lain saya juga butuh backup koneksi internet alternatif jika provider utama saya sedang ada masalah baik itu koneksi internet di rumah maupun saat sedang mobile.

Namanya alternatif tentu harus dari merk yang berbeda dong. Saat ini backup koneksi saya adalah Live.On. Namun sejak dilebur ke dalam Axis, menurut saya jadinya ribet dan paket yang ditawarkan tidak menarik lagi. Long story short akhirnya saya memutuskan untuk mencoba menggunakan Indosat IM3, langsung postpaid biar ga ribet juga. Alasannya karena koneksi IM3 cukup bagus (beberapa malah lebih bagus) di tempat-tempat yang biasa saya datangi, termasuk di dalam rumah saya sendiri :P

Dan di sinilah masalah itu berawal.


Rabu, 25 September 2024 saya mencoba membeli kartu perdana postpaid IM3 via https://im3shop.ioh.co.id/. Namun di sini saya lebih ke nyobain UX channel pembelian mereka dulu, belum sampai pembayaran. Ada sesuatu yang kurang sreg buat saya, dan memang saya akhirnya tidak sampai payment hari itu.

Kamis, 26 September 2024 saat pulang kerja saya sempatkan mampir ke Erafone Gandaria City karena di sana menjual produk-produk Indosat. Ada kartu perdana postpaid (di-infokan harus/bisa pilih nomor dulu krn kartu yang ada statusnya “blank”). Ada juga paket bundle modem LTE Huawei b320 ala Telkomsel Orbit. Namun sayangnya paketnya berbeda dengan yang di website im3shop. Di Erafone paket Prime 150 isinya paket data 100GB/bulan dan bonus voucher token listrik 200 ribu atau voucher game. Sementara di im3shop Prime 150 mendapatkan 125GB/bulan. Keduanya mengimplementasikan data rollover ke bulan berikutnya.

25GB/bulan ini jelas deal breaker buat saya. Akhirnya setibanya di rumah saya memantapkan diri untuk membeli kartu perdana postaid IM3 paket Prime 150. Kontrak upfront langsung 12 bulan.

Mekanismenya sendiri cukup mudah 1-2-3 kelar, pilih mekanisme delivery kartu (dikirim atau ambil sendiri) + pilih nomor, pilih kartu akan diambil di mana (saya milih ambil sendiri) trus bayar . Selesai deh.

Pilih Paket
Read more: Pengalaman Buruk Dengan Indosat M3

Top Apps for My Mac

Berikut ini adalah kumpulan aplikasi yang selalu terinstall pertama kali di Mac yang saya miliki. Sebagai catatan, pekerjaan saya berkaitan erat dengan software development, photo/music editing serta DJ. Oleh karena itu aplikasi-aplikasi yang saya sebutkan di sini akan banyak terkait dengan hal-hal tersebut.

System & Utilities

  • iTerm2, alternatif: Alacritty
  • homebrew, mac user best friend ?
  • Firefox, Chrome, Brave (selain untuk testing, browser-browser ini support DNS over HTTPS (DoH) maupun DNS over TLS (DoT))
  • Moom, untuk window manager
  • Spotify
  • VLC
Continue reading

#RaveFromHome

I love music.
Too bad, i’m still sucks and playing any music instrument :P Karena hal tersebut, makanya saya memilih untuk nge-DJ saja.

Nah di era pandemi ini saya punya waktu luang yang sebelumnya terpakai untuk komuter dari kantor ke rumah. Kalau sebelumnya setiap Jum’at malam harus selalu berjibaku dengan kemacetan ibu kota serta padatnya KRL, waktu tersebut bisa saya gunakan buat berlatih.

Jadilah saya tiap Jum’at malam sejak sekitar kwartal pertama 2021 bikin bikin IG live. Isinya 1.5 – 2 jam live gig (kadang sampai 4 jam) saya memainkan berbagai macam genre. Yang umum saja sih semacam House, Tech House, Electro House/EDM, Trance.

Continue reading

How To Install Java on Your New Java-less macOS

OK, it’s 2021 and you got new Macs. Or maybe you just finished upgrading your macOS to Catalina or Big Sur and found there is no Java anymore. This article might help you with that.

As widely known, Oracle announced that the Oracle JDK 8 builds released after JAN 2019 will not be free for commercial use. Since OS X 10.7 Java is not (pre-)installed anymore. Well, I’m not a fan of Java myself (i stop using it after Java 1.6 i guess). But since I’m also tinkering with Android (and Kafka), I have no choice but put Java in my dev machines.

Instead using Oracle’s, I will use OpenJDK.

There are several ways to install OpenJDK to your Mac.

  1. Simply install the prebuilt OpenJDK binary.
  2. Install via homebrew
  3. Compile the source codes your self :P
Continue reading