(Traveling) Kyoto – Day 1

comfy isn't it? :)

Hari pertama ini aslinya habis diperjalanan dari Jakarta ke Osaka doang.

Jadi jam 06:25 pagi pesawat AirAsia QZ8190 take off dari Bandara Soekarno Hatta ke LCCT Kuala Lumpur. Alhamdulillah 2jam penerbangan tersebut nyaman sekali. Ga ada gangguan seperti guncangan pesawat/turbulensi. Jam 9:30an waktu Malaysia kami mendarat di LCCT KL. Rencananya saya dan Rara akan maen seputaran KLIA (paling jauh ke Cyberjaya deh) bersama Syafiq, seorang rekan Mozillian dari Malaysia.

Menu sarapan di AirAsia *nyam*
Menu sarapan di AirAsia *nyam*

Jadinya kami harus melalui antrian imigrasi yang panjangnya buset ga kira-kira deh. Jadi permasalahan adalah pesawat landing banyak, penumpang yang akan masuk ke Malaysia dan harus melalui imigrasi banyak banget, tapi petugas imigrasinya cuman ada 3. It’s like almost 500 peopls vs 3 officers. No WiFi for killing time(ada sih akses point WiFi, tapi buat apa kalo ga bisa digunakan :P). Mungkin setelah 1 jam baru ada petugas tambahan, dan total kami membutuhkan lebih dari 1.5jam untuk lolos proses imigrasi.

Wah bubar deh rencana gara-gara antrian imigrasi.

Kok bisa?

Yah berhitung saja.
Keluar bandara dah mo jam 12 siang (dan Syafiq dah nungguin kita lumayan lama gara-gara itu, deeply sorry Bro). Jam 3 sore kami dah harus terbang dari KL ke Osaka berarti jam 2 dah harus masuk ruang tunggu dan jam 1 paling ga kami sudah harus di LCCT lagi untuk lapor kembali ke maskapai walaupun webchecking sudah kami lakukan. Meh… gimana ceritanya mo klayapan ke Cyberjaya coba? Belum kalo nanti kena antrian imigrasi lagi, alamak…

Akhirnya kami diajak makan siang ke salah satu warung rekomendasi Bang Syafiq. Namanya Asam Pedas Kg. Jijan. Ga segitu jauh dari LCCT sih (kalo bawa mobil sendiri :p). Makan siang + diskusi soal Mozilla terutama perkembangannya di Malaysia. Nice topic, nice food (arrghh, nyesal ga pesan asam pedas ikan pari padahal sedap betul tu). Di kesempatan ini saya ngenalin soal Wikufest dan partnershipnya dengan Mozilla Indonesia selama 2 tahun terakhir ini.

IMG_20140308_111601
ini nasi ayam pesanan saya, tapi kalo bisa ke sana lagi jelas akan nyikat Ikan Pari Asam Pedas nya
kansaitrip_20140308121033_00030_lgg2
donat yang bikin galau….
ok, ok ok
ok, ok ok selfie in Syafiq’s race car ^_^

Lunch finished, time for 6.5 hours long flight KUL-KIX. Pheww…

Sesuai kalkulasi, nyampe di Kansai International Airport (KIX) Osaka jam 22:30an (GMT+9) plus pindah wing, imigrasi dll kami akan resmi masuk Jepang sekitar jam 11 malam.

arrived at Osaka :)
arrived at Osaka :)
cukup modal kartu paspor BCA untuk narik dari ATM ini :)
cukup modal kartu paspor BCA untuk narik dari ATM ini :)
okaerinasai, danbo-kun
okaerinasai, danbo-kun
ah, saya ada foto-nya juga akhirnya :)
ah, saya ada foto-nya juga akhirnya :)

Berikutnya apa? Find a spot to sleep, dong :)
Jadi, KIX ini adalah salah satu bandara yang cukup nyaman kalo kita mo ngemper bobo di bandara demi menghemat budget penginapan hehehehehe. Lokasinya ada di lantai 2 terminal kedatangan. Banyak kursi-kursi panjang empuk tapi ya harus berebut dengan traveler lainnya (termasuk yang dari Jepang sendiri). Spot paling enak di pojokan antara McD dan Lawson. Selain tempatnya yang lebih hangat (btw, it was 1-2 degree celcius), depan pos polisi, dan kantor informasi di dekatnya menyediakan selimut yang bisa kita pinjam lho :)

Jadilah malam itu kami ‘camping’ di KIX.

comfy isn't it? :)
comfy isn’t it? :)

Processed with VSCOcam with t2 preset

 

all photos taken using LG G2 :)

2000km – Finally Jakarta

Penyok

31-07-2010

Selepas dari Pondok Daun, mampir sebentar ke kantor PLN dekat rumah Didut untuk menemui seorang blogger AngingMammiri yang terdampar di Semarang sekian lama :P Dan Didut selalu kelupaan untuk kontak beliau yang satu ini tiap kali kopdar, walo kopdarnya ada di samping PLN tersebut :P

Abis ngedrop Didut dan Neng Ocha di rumah masing-masing, kami meneruskan perjalanan kembali ke Jakarta. Hari dah memasuki tanggal 1 Agustus 2010. Beberapa jam ke depan kampung gajah akan melaksanakan hajatan perkawinan Jeng Ina – Mahen di Malang. Sedih juga ga bisa ikutan.

Sampai Indramayu sekitar jam 5 pagi saya sudah ga kuat. Mata ini udah ga bisa diajak kompromi. Berhenti di SPBU untuk isi bbm, guyur kepala dan stretching juga ga ngefek. Akhirnya minta bantua Rara untuk gantian nyetir deh. Giliran saya yang tidur di mobil. Indramayu kan jalannya lurus-lurus ajah ampe bosen (cikampek maksudnya). Jadi ga butuh navigator yang standby juga aman :).

Sekitar satu jam saya kebangun, Rara dah ngeluh kalo dia dah mo giveup juga. Ya udah gantian, saya nyetir lagi sampai Bintaro.

Rekap hasil perjalanan yang menempuh nyaris 2000km ini antara lain:

1. Bemper belakang Rush bagian kanan penyok

Penyok
Penyok

2. Sendal Camel yang udah menemani saya selama 3 tahun terakhir sampai pada masa pengabdiannya. Solnya dah sobek dan mengelupas, bagian tumit juga mengelupas dan tipis. Ga ada empuk2nya lagi sampai bikin sakit tumit saya kambuh lagi. Ancur deh. Tapi bagaimanapun, sendal ini mantap banget. Beli di Sungei Wang – KL waktu traveling ke sana ma Decy dan nyaris ga pernah ketinggalan dipakai kalo lagi traveling kemana-mana.

Sendal Onta
Sendal Onta
Mengelupas
Mengelupas
Menganga
Menganga
Menganga lagi
Pokok mengelupas n menganga depan belakang kiri kanan deh

Oh iya, saya sendiri nyampe, makan, tidur dan bangun besok paginya. Lanjut ngantor lagi.

Phew …. what a journey

Tragedi debu

Seperti aku tulis di 2 postingan sebelumnya, sebelum Natal kemarin aku ma Decy maen ke Malaysia. Tepatnya ke KL dan Melaka. Yah backpacking klayapan di 2 kota itu lah. Taking picture, nyobain makanan dan sejenisnya. Di Melaka, D40x Decy bermasalah. Ada bercak di hasil fotonya. Setelah dianalisa ternyata sensornya ada sedikit debu or something. Karena ga bawa blower n Decy males beli blower (lagi) di sana (yang harganya mahal dibanding beli di Indonesia), akhirnya yah mesti sabar2 dengan bercak tersebut.
Begitu pulang, sampe rumah aku diperiksa lagi kemare si Decy kemudian di”tiup-tiup” pake blower, test potret ke media putih gede (termasuk beberapa lembar kertas HVS :P) akhirnya tuh bercak ilang. Kembali kinclong :)

Then I got the same nightmare just right before new year 2008. Setelah transfer foto ke HDD sambil mengamati, ternyata beberapa hasil jepretanku (terutama hari terakhir) ada bercaknya juga …. huaaaaaaaaaaaaaaaaa. Beberapa foto di Melaka ada juga bercaknya. Langsung panik. Ambil blower, “sebul-sebul” sampe tangan pegel. Gosok lensa sampe kinclong. Tes jepret beberapa foto, alhamdulillah normal semua hasil jepretan pake 3 lensa yang berbeda.
But wait a minute … there’s something bugging me when viewing the viewfinder. Ada bercak di sana. Yang jelas bukan di sensor seperti punya Decy, tapi lebih ke mirror n focusing screennya. Then I made a very big dumbass mistake.

Setelah diblower beberapa kali bercak di viewfinder ga ilang juga, aku mulai bersihkan pelan2 mirror dengan kain statis (bener namanya itu?) … test, no result. Lap focusing screen, no result. Waktu beli blower dulu, paketnya terdiri dari 1 blower, 1 sikat sedang, 1 kain, 1 botol kecil cairan pembersih, 1 sikat kecil dengan ujung satunya berupa semacam spons/karet lunak. Harusnya saya googling lebih lama n coba pake cotton bud yg lembut instead using “sapu kecil berujung spons” ini. Then it happened. Bukannya viewfinder bersih, tapi malah ada garis abu-abu di sana. Huaaaaaaaa. Saat lensa dilepas, garis abu-abu tadi berubah jadi garis yang lebih tajam. It’s scratched !!!!

My focusing screen was scratched …. langsung lemes + kalut + sebel bla bla bla bla bla ….
Geblek … dodol … mestinya begitu diblower ga ada hasil, saya harus segera bawa ke ahlinya. Tanggal 3 bawa si D40x ke BKP, si Anto bilang focusing screennya positif scratch, mesti diganti. Plus tuh debu brengsek sepertinya nempel di prisma-nya. Jadi aku harus ke Alta karena cuman mereka yg punya stok n sekalian bersihkan prismanya, BKP langsung konfirmasi ke Alta via telpon saat itu juga. Tanggal 5 maen ke Alta. Ama mas di frontdesk kameraku dicek ulang, same conclusion. Sayangnya stok focusing screen D40/D40x sedang habis. Dan mereka lagi nunggu shipment stok berbagai spare-parts Nikon yang sekiranya datang tengah bulan ini.

Jadi aku disarankan untuk telpon lagi sekitar tanggal 14-15 Januari buat konfirmasi. Kalo ada, aku tinggal ke Alta lagi. *Lega*
Well, foto-foto di Malaysia mayan bagus buatku yang notabene cuman pemula di DSLR :P


Gedung pas di depan gerbang Petaling Street
lensa kit 18-55 pada f/11
speed:1/160
ISO 100 + Aperture priority + CPL filter


Gedung di seputaran Merdeka Square. Ada bercak di kiri atas + di atas bendera tengah :(
lensa kit 18-55 pada f/22
speed:1/50
ISO 100 + Aperture priority


Well, the twin towers …
lensa kit 18-55 pada f/4
speed:1/4
ISO 200 + manual + Tripod

Jika di Bangkok kemarin saya full menggunakan Sigma 30mm f/1.4 HSM, di Malaysia ini lebih sering menggunakan lensa kit-nya D40x (18-55mm f/3.5-5.6G ED II).  Tapi sempat juga beberapa kali  ganti lensa dengan Sigma dan pake tele Nikkor 55-200mm f/4-5.6 ED VR. Mungkin acara ganti-ganti lensa tanpa memperhatika “sanitasi” lingkungan ini yang membuat viewfinder/prisma Nikon saya kotor.

*Sigh*