SongPop Behind The Scene

Ada yang tahu SongPop?

Mestinya sih banyak yang pada tahu yah :)
Jadi Song Pop itu adalah game tebak lagu di Facebook buatan FreshPlanet. Selain di Facebook, SongPop juga bikin mobile app-nya untuk iOS dan Android.

songpop-3

Cara mainnya sih gampang. Pilih lawan kamu dari friendlist facebook, pilih genre musik, nanti akan ada 5 lagu yang harus kamu dengerin selama beberapa detik dan tebak judul lagu atau nama penyanyinya.

 

Sederhana kan?  Yoi, kesederhanaan ini yang justru membuat sukses game-game di jejaring sosial.

Nah, kali ini kita ga akan membahas gimana cara bermain SongPop yang baik dan benar sesuai dengan tangga lagu billboard. Kali ini mari kita ngomongin mengenai isi dapur FreshPlanet, bagaimana mereka running SongPop ini.

Menurut data dari AppData (eh berima :P) SongPop FacebookApp mempunyai lebih dari 11,3 juta monthly active users (MAU). Daily active users (DAU) sendiri dah di atas angka 2 juta, dan game ini baru diluncurkan sekitar Mei 2012 kemarin. Belum ada setahun dan belum termasuk yang dari iOS ataupun Android Client. Nah silakan berhitung deh.

Nah, gimana sih caranya si FreshPlanet ini handle trafik game yang sebesar itu?
Di Wikufest 2013 kemarin ada adik kelas yang bertanya ke saya gimana caranya bikin layanan sosial media yang proper. Tapi karena saya belum tahu konsepnya dan cuman dapat info kalau dia ingin doing everything all in, saya cuman mengajukan pertanyaan dasar terkait infrastruktur dulu. Dan sepertinya pertanyaan saya tadi cukup membuatnya berhitung dengan serius :) *baru soal foto doang sih, belum ke yang lain-lain :P*

google-app-engine-logo

Oke, kembali ke laptop.
FreshPlanet infrastrukturnya menggunakan Google App Engine (GAE) dan Google Cloud Storage. Di tahun 2013 ini, ga jaman harus bangun infrastruktur sendiri untuk semua hal. Buat yang ikutan kelas CloudComputingnya si Dondy harusnya dah dapat gambaran yah.

Nah GAE ini sudah bukan kategori IaaS tapi lebih ke arah PaaS. Dengan memanfaatkan GAE ini, FreshPlanet mampu membuat Song Pop untuk dapat autoscale (baca: auto) hingga 60 juta user, 1 juta DAU, 17TB/hari delivery content (tentu saja lagu dan gambar), 10,000+ query/detik. Song Pop sendiri dihandle oleh “cuman” 6 orang, dan cuman 1 saja yang kerja fulltime ngurusin backend-nya.

songpop_gae_gc

Mengutip wawancara Zafir Khan dari GoogleAppEngine dengan Olivier Michon dan Alexis Hanicotte dari FreshPlanet ada beberapa tips yang mereka terapkan untuk optimalisasi dan tentunya skalabilitas si Song Pop itu sendiri. Diantaranya:

IMG_7213Denormalisasi: data user Song Pop tersebar di bermacam model, tapi tetap koleksinya di pool di satu tempat untuk mengurangi read latency.
Caching: Masih nyambung soal denormalisasi, data lawan main kita akan di cache. Jadi sistem ga akan selalu melakukan “query” ke user data cuman buat tau lawan main kita itu sapa ajah. Analoginya, query sekali, cache, query lagi kalo ada trigger cachenya tadi sudah obsolete/expired. FreshPlanet menggunakan Memcache untuk 2 hal di atas. Memcache itu fitur di GAE kok, dan orang-orang FreshPlanet menggunakan Python API-nya GAE buat kebutuhan ini. Hayo hayo pada belajar Python sana. It’s a fun languange.
Strategi: Iyah, bikin aplikasi itu harus ada strateginya. Apalagi kalau aplikasinya tadi bukan sekedar one-time asal jadi doang. Memilih GAE, beli premier support dari Google untuk kebutuhan GAE-nya tadi adalah salah satu strategi FreshPlanet untuk SongPop. Ceritanya saat DAU Song Pop mencapai angka 1 juta, query Datastore (yang digunakan untuk mencari lawan main secara acak) mulai lemot dan banyak timeoutnya. Untuk beresin ini, FreshPlanet menentukan deadline dan aktivitas fallback sistemnya, kemudian dengan bantuan Premier support melakukan tracing dan identifikasi yang bikin lemot query Datastore tadi apa. Dan seperti disebutkan di wawancara tersebut, masalahnya ternyata karena Datastore bergantung ke berbagai macam properti. Walaupun sudah di-index, tetap saja jumlah kebanyakan. Solusi yang muncul akhirnya ada opsi mau nambah sebuah composite index yang berisi semua properti yang dibutuhkan atau menggabungkan properti-properti tadi jadi satu.
Content Delivery: masih hosting static content dan ‘dynamic content’ atau apps di satu server yang sama? Satu mountpoint, LUN, directory yang sama? Nah coba baca-baca soal CDN (Content Delivery Network) deh :) Song Pop menggunakan Google Cloud Storage untuk serving lagu dan gambar dengan lebih dimanapun si user tadi berada. Jadi kalau kita main di Indonesia, sample lagu-nya ga harus kita download langsung dari server di Amerika sana misalnya :)

Detilnya wawancaranya bisa dibaca sendiri di sini deh. Walau jika dibaca keseluruhan hampir ga ada detil teknis howto-nya, tapi konsep yang disinggung di sini seru banget.

So… GAE bisa dicoba-coba gratis lho :) SDK-nya juga bisa didownload n insall di komputer masing-masing.

Dan… sekarang saatnya mengganti huruf P di PHP itu dengan Python :)

Tambahan referensi:

Rock with FirefoxOS

FFxOS-logo-3Waktu Wikufest2012, saya menyinggung tentang trend mobile device dan juga ngomporin adik-adik untuk lebih banyak ngoprek mobile app. Mobile device tetap menjadi booming dan sepertinya makin menjadi dengan diluncurkannya banyak produk di quartal pertama 2013 ini.

Dari Mobile World Congress 2013 di Barcelona, Mozilla memulai debutnya.
Nah kebetulan juga di Wikufest2013, ada beberapa representatif Mozilla Indonesia yang menjadi pembicara. Entah seberapa jauh mereka nowel-nowel soal FirefoxOS. Yang jelas sih gelaran Firefox App Day pertama di Indonesia dilakukan tepat seminggunya. Kalau sebelumnya para peserta cuman bisa bayangin OSnya seperti apa via simulator(atau ngoprek ndiri masang B2G di handset android-nya). Now it’s real.

The OS, The Handset is now out there…

Tapi, apasih sebenarnya FirefoxOS itu?
To be short, FirefoxOS itu adalah sistem operasi berbasis Linux untuk mobile device (smartphone dan tablet). If you already knew Symbian, Windows Mobile, iOS, Android, this is another one.

Seperti halnya browser Firefox, FirefoxOS ini dibuat oleh Mozilla. OS ini didesain untuk dapat menjalankan aplikasi-aplikasi HTML5 untuk dapat berinteraksi dengan hardware mobile devicenya langsung. Yah kasarnya web-app talk to the hardware ‘secara native’. Weeew, menggoda sekali.

Satu hal lagi adalah, FirefoxOS dapat berjalan optimal di low-end handset.

Things that even Android cant perform.

Jadi ga perlu lagi keluar duit banyak untuk menikmati ‘smartphone’ pada akhirnya nanti. Pasar low-end handset pun akan semakin meriah, ga sekedar ponsel hitam-putih seperti sekarang ini :P Karena apa? karena ponsel-ponsel itu nanti akan kaya aplikasi.

That’s the point.

Detilnya bisa dibaca di wikipedia atau di Mozilla sini.

Mozilla disebutkan sudah mendapatkan komitment dari lumayan banyak operator seluler untuk ikut membantu menyebarkan FirefoxOS ini. Paling tidak ada America Moovil, China Unicom, Deutsche Telekom, Etisalat, Hutchison Three Group, KDDI, KT, MegaFon, Qtel, SingTel, Smart, Sprint, Telecom Italia Group, Telefonica, Telenor, Telstra, TMN, dan VimpelCom. Sementara pabrikan devicenya ada Alcatel, ZTE, LG dan Huawei. Ah tentu saja Qualcomm sebagai suplier processor nya :)

Lho kok bisa operator seluler ikut membantu penyebarannya?
Kalau di Indonesia, pelanggan bebas membeli ponsel merek apapun dan di manapun. Nah rata-rata operator di luar negeri menjual layanannya dengan model bundling layanan + handset. Dan karena modelnya postpaid/prabayar, si pelanggan terikat kontrak dengan operator. Harga devicenya sudah termasuk dalam biaya bulanan kontrak layanannya.

Menurut Mozilla juga, Brazil, Colombia, Hungary, Mexico, Montenegro, Poland, Serbia, Spain, dan Venezuela bakal menjadi barisan awal negara-negara yang bakal mencoba FirefoxOS. Setelahnya baru mungkin Asia. Apakah Indonesia akan menjadi yang pertama di Asia? I dont think so *baca soal bundle di atas*

But it will be a very tough market for the Fox…

First Firefox OS phones side-by-side

FFxOS-ZTE-Open-Blue-movilzona_es
ZTE Open – image courtesy of movilzona.es

Anyway, berikut ini adalah spesifikasi ZTE Open

  • Layar 3.5-inch HVGA capasitive,
  • Qualcomm MSM7225A processor (ga tau clock speednya berapa tapi either 600-800MHz),
  • Kamera 3.2-megapixel
  • 256MB RAM
  • 512MB storage
  • Wi-Fi 802.11a/b/g/n
  • Bluetooth 2.1 + EDR
  • GPS
  • FM radio
  • 1,200mAh battery

dan ini Alcatel One Touch Fire, kurang lebih sama sih

  • Display 3.5″,
  • CPU 1 GHz Qualcomm
  • RAM 256MB
  • Internal Storage 512MB bisa ditambah via SD Card
  • Kamera 3.2MP
FFxOS-BeetleLite-FF_2Jpeg3
Alcatel One Touch Fire

Tinggal nunggu waktu saja handsetnya akan masuk Indonesia :)

Referensi tambahan:

 

Red Lanterns

If you see the red lanterns, first thing that will come up in your mind probably is China.
According to Wikipedia, The Lantern Festival in China is a festival celebrated on the fifteenth day of the first month in the lunisolar year in the lunar calendar marking the last day of the lunar New Year celebration. In Indonesia, the festival is well known as Cap Go Meh.

These pictures I took a week ago (after 3 days bedrest) in Living World, Alam Sutra not far from my house. They create what they called as ‘Kampung Pecinan’ (Chinatown) in the roof top. It’s already passed Cap Go Meh I think. No wonder there’s no event like the Lion / Barongsai Dance.

Well, I went there to buy some bread not intentionally for hunting red lanterns :P

The Red Lantern

Zoom In

Follow Me

Cross Road

Red Lanterns

The Floating Trio

Red Lanterns

Zoom Out

Follow The Lead

So, those all I’ve got ^_^

Hope you like it :P

Pixel from Google

Pernah dengar Chromebook?

chromebook-logo_big Mengutip dari Wikipedia, Chromebook adalah sebuah komputer yang menggunakan sistem operasi Google Chrome OS. Chromebooks dikenal karena harganya yang cukup kompetitif dan waktu start up nya yang sangat cepat. Bisa dibilang Chromebook adalah komputer/laptop berbasis Linux yang paling sukses hingga saat ini.

Komputer ini didesain untuk bekerja optimal saat terhubung dengan jaringan internet. Kenapa? Karena Chromebook akan lebih banyak digunakan untuk mengakses aplikasi-aplikasi yang dihosting di Internet. Sebutlah Cloud Apps dari pada aplikasi-aplikasi standalone yang kita kenal selama ini (misalnya Microsoft Office, Adobe Photoshop, Coreldraw dan sejenisnya).

Seri Chromebook yang beredar saat ini bisa dibilang ga lebih dari sekedar Netbook dengan OS yang hebat. Chromebook dari pabrikan Samsung, Acer, Lenovo dan HP rata-rata menggunakan prosesor Intel Celeron atau Intel Atom. Harga berkisar antara $300 – $450. Murah iya, tapi tetap saja underpower.

Sampai kemudian muncul Pixel.

chromebook-pixel-2Laptop dengan layar 13inch, retina display dan body terbuat dari anodized alumunium ini menjadi penantang Apple Macbook Pro 13inch Retina Display. Layar Chromebook Pixel ini mempunyai resolusi 2560×1700 dengan rasio 3:2. Ruang vertikalnya jadi lebih banyak sekitar 18% dibandingkan dengan layar berasio 16:9 dengan total pixel sekitar 4.3 juta pixel, 239 ppi. Sebagai perbandingan, MBP Retina Display 13inch resolusinya 2560×1600 dengan 227 ppi.

And it’s a touch screen also in real.

Pixel menggunakan CPU Intel Core i5 dengan opsi media penyimpanan SSD berkapasitas 32 atau 64 GB. Sedikit yah? Tapi ingat, karena Chromebook didesain untuk bekerja optimal saat terhubung dengan internet, Google memberikan storage Google Drive sebesar 1TB gratis selama 3 tahun.

Spesifikasi lainnya kurang lebih standar sih. Full-sized keyboard yang .. macbook banget (yah nyaris semua model laptop begitu sih sekarang), slot SD card, 2x USB port, trackpad dengan multi-finger gestures, Wi-Fi atau opsional koneksi LTE dari Verizon.

Perkiraan harganya untuk yang versi 32GB Wi-Fi only akan berkisar sekitar $1,300. Sedangkan versi 64GB + LTE sekitar $1450 dan diperkirakan akan mulai beredar pada bulan April nanti. Tapi dah bisa dipesan di Google Play kok. Cuman ya itu, baru di Amerika doang. Bagian dunia lainnya belum tahu kapan.

chromebook-pixel-5

Jadi, buat para fashion gadget apakah bakal antri atau mungkin bela-belain ‘mendatangkan’ Chromebook ini dari US sana sama sepertis saat Google Nexus smartphone maupun tablet launching beberapa waktu lalu?

Ummm, kalau saya pribadi sih sepertinya akan pilih MBP Retina Display saja. Pa lagi 15″, trus tinggal install chrome browser untuk pakai chome-app nya :p

Referensi:

SCREEN INDUSTRIAL DESIGN CPU BATTERY
12.85″ display with a 3:2 aspect ratio
2560 x 1700, at 239 PPI
400 nit screen
178° extra-wide viewing angle
Active cooling with no visible vents
Machined from anodized aluminum
ENERGY STAR® certified
Intel® Core™ i5 Processor (Dual Core 1.8GHz)
Intel® HD Graphics 4000 (Integrated)
Up to 5 hours of active use (59 Wh battery)
INPUTS SIZE & WEIGHT MEMORY NETWORK
Gorilla® Glass multi-touch screen
Backlit Chrome keyboard
Fully clickable, etched-glass trackpad
HD Webcam
297.7 x 224.6 x 16.2 mm
3.35 lbs / 1.52 kg
4 GB DDR3 RAM
32 GB Solid State Drive*
Dual-band WiFi 802.11 a/b/g/n 2×2
Bluetooth 3.0™
PORTS AUDIO   GOODIES
2 x USB 2.0
mini display port
2-in-1 card reader supporting: SD, MMC
Headphone/microphone jack
Built-in microphone array
Integrated DSP for noise cancellation
Powerful speakers tuned for clarity
  1 TB of Google Drive Cloud Storage for 3 years*
12 free sessions of GoGo® Inflight Internet

Traktor DJ

Punya/menggunakan iPad?
Pernah main-main dengan aplikasi DJ untuk iPad?

Try this one. Traktor DJ dari Native Instruments. Harganya hanya $20.
Aplikasi ini disesain untuk iOS khususnya iPad (jari kriting ga akan cukup buat maenan DJ di iPhone/iPod touch :P)

traktor-dj-lapBuat yang akrab dengan music controller/producing atau hal-hal terkait dengan DJ pasti tidak asing lagi dengan nama Native Instruments. Perusahaan yang membuat software DJ terkenal yaitu Traktor Pro dan juga hardware baik itu untuk Digital DJ controller seperti Traktor Kontrol/Audio/Scratch.

Traktor DJ ini didesain dan dikembangkan oleh tim yang sama yang membuat Traktor Pro.
Kamu bakal dapat 2 deck dengan 3-band EQ. 8 efek (turunan dari Traktor Pro) yang pengoperasianya kini serba touch ^_^. Enak banget dibanding muter-muter kenop.

Fitur yang cukup menarik perhatian adalah ‘Freeze’. Dengan fitur ini, kamu bisa ‘freeze’ atau menghentikan musik dan memungkinkan kita bermain-main dengan waveform musik itu sendiri on the fly. Mau set cue points, bikin loop atau bikin sample buat dimainkan on the fly juga. Selain itu Traktor DJ juga bisa sync-up dengan aplikasi Traktor Pro 2.6 di laptop/PC kamu buat sharing cue points ataupun sample. Bwehh….

traktor_note_browserswipe_2x traktor_note_hotcue_2 traktor_note_zoomwaveform_1x

 

Nah kalo pingin lebih, iPad + TraktorDJ kamu tadi tinggal colokin ajah ke Traktor Audio 6 atau Audio 10 (via USB connection kit-nya iPad). Udah deh, kamu bakal dapat fungsi cue dan pre-listen yang lebih tepat.

TraktorDJ + Traktor Audio & Speaker
TraktorDJ + Traktor Audio & Speaker

Gambaran jelasnya bisa lihat video berikut deh. Have fun ^_^

 

Hello World, Nikon D7100

Nikon D7100

[vc_column_text width=”1/1″ el_position=”first last”]

Are you a Nikon shooter?

Roadmap Nikon biasanya mengeluarkan produk baru setiap 3 tahun. Tahun 2012 kemarin entry level D3200 dan D5200 telah diluncurkan untuk menggantikan seri sebelumnya. Tahun ini giliran D7000 yang digantikan oleh generasi barunya.

Damn!

[vc_video title=”Nikon D7100″ link=”http://www.youtube.com/watch?v=dq9X2fxOEfY” size=”450×253″ width=”1/1″ el_position=”first last”]

D7100 adalah kamera APS-C dengan resolusi 24 megapixel, sama seperti halnya D3200 dan D5200.

Lah, trus bedanya apa dong?

Nikon D7100
Nikon D7100

Resolusi boleh sama, tapi sensornya beda. Sensor D7100 ini tidak menggunakan optical low-pass filter/OLPF (mirip dengan D800E). Dengan tidak adanya filter ini, maka diharapkan akan menghilangkan aliasing distorsion yang akan membuat foto jadi lebih tajam. Bahkan bisa dibilang sensor baru di D7100 ini sudah tidak membutuhkan filter tersebut. Untuk info lebih lanjut mengenai apa itu low-pass filter silakan klik di sini.

Beberapa hal yang menjadi pembeda D7100 dengan D7000 diantaranya adalah AF systemnya.
D7100 menggunakan Advanced Multi-CAM 3500DX dengan 51 focus point dan 15 cross type. Multi-CAM 4800DX di D7000 hanya punya 39 titik fokus dengan 9 cross type. LCD sekarang jadi 3.2inch dengan 1.2megapixel, dibandingkan 3inch 921k pixel di D7000. D7100 mampu menghasilkan video HD 1080p di 24/25/30fps, 50i, 60i. D7000 hanya 1080p 24fps. Thanks to new EXPEED 3 image processor yang ditanamkan di bodi D7100.

Perbandingan spesifikasi antara D7100 dengan D7000 kurang lebih sebagai berikut:

Camera Feature Nikon D7100 Nikon D7000
Sensor Resolution 24.1 MP 16.2 MP
Sensor Type CMOS CMOS
Sensor Size 23.5×15.6mm 23.6×15.6mm
Sensor Dust Reduction Yes Yes
Image Size 6,000 x 4,000 4,928 x 3,264
Image Processor EXPEED 3 EXPEED 2
Viewfinder Type Pentaprism Pentaprism
Viewfinder Coverage 100% 100%
Built-in Flash Yes, with flash commander mode Yes, with flash commander mode
Storage Media 2x SD 2x SD
Continuous Shooting Speed 6 FPS 6 FPS
Buffer Size (RAW, Lossless 14-bit) 6 10
Buffer Size (RAW, Compressed 12-bit) 9 15
Max Shutter Speed 1/8000 to 30 sec 1/8000 to 30 sec
Shutter Durability 150,000 cycles 150,000 cycles
Exposure Metering Sensor 2,016-pixel RGB sensor 3D Color Matrix Metering II 2,016-pixel RGB sensor 3D Color Matrix Metering II
Native ISO Sensitivity ISO 100-6,400 ISO 100-6,400
Boosted ISO Sensitivity ISO 12,800-25,600 ISO 12,800-25,600
Autofocus System Advanced Multi-CAM 3500DX Multi-CAM 4800DX
Focus Points 51, 15 cross-type 39, 9 cross-type
AF Detection Up to f/8 Up to f/5.6
Video Output MOV, Compressed MOV, Compressed
Video Maximum Resolution 1920×1080 (1080p) @ 24p, 25p, 30p, 50i, 60i 1920×1080 (1080p) @ 24p
Audio Recording Built-in microphone
External stereo microphone (optional)
Built-in microphone
External stereo microphone (optional)
LCD Size 3.2inch diagonal 3.0inch diagonal
LCD Resolution 1,228,800 dots dots 921,000 dots
HDR Support Yes No
Built-in GPS No No
Wi-Fi Functionality Eye-Fi Compatible, WU-1a Eye-Fi Compatible
Battery EN-EL15 Lithium-ion Battery EN-EL15 Lithium-ion Battery
Battery Life 950 shots (CIPA) 1050 shots (CIPA)
Battery Charger MH-25 Quick Charger MH-25 Quick Charger
Weather Sealed Body Yes Yes
USB Version 2.0 2.0
Weight (Body Only) 675g 690g

Gear Nikon saya saat ini adalah Nikon D7000, beli akhir tahun kemarin setelah kesana-kemari nyari (bahkan sampai ke Thailand). D7000 sempat langka karena produksinya di Thailand sempat terhambat akibat imbas banjir besar yang melanda Thailand (Bangkok khususnya). Shutter count lom sampai 2000 dah ada penggantinya ajah nih. Tahun kemarin lebih sering menggunakan EVIL camera sih karena faktor lebih portabel buat traveling.

Time to replace?
Could be “Yes” but i will go FX, not another DX.
Let say at least to D600 or get a used D700 ( no budget, i need to make money first from this D7k :( ).
It will be “no” since my D7000 never disappoint me this far. Change to another DX is not an upgrade ^_^
Perhaps if there is a D300s successor, it could be something to be considered :P

[vc_video title=”Nikon D7100″ link=”http://www.youtube.com/watch?v=HoNEMKM5nzE” size=”450×253″ width=”1/1″ el_position=”first last”]

[/vc_column_text]