(Traveling) Kenapa Kyoto?

kansaitrip_20140313082330_00552_lgg2

The traveler sees what he sees, the tourist sees what he has come to see.

Gilbert K. Chesterton

Tanggal 8 Maret kemarin akhirnya saya berkesempayan berkunjung ‘beneran’ ke Jepang. Tujuannya adalah Kyoto.

Lha? Bukannya Oktober 2013 kemarin sempat ke Jepang juga?

Iya, tapi itu kan cuman transit doang. This one was a week full time. Umm, ga full seminggu juga sih.

Kenapa Kyoto? Kenapa ga Osaka, atau Tokyo?

Sederhana saja sih alasannya.
Saya ini suka sejarah, i love anything about history. Semakin tua sejarahnya semakin saya suka.
Dan jika kita berbicara tentang -sejarah- Jepang, maka hal pertama yang ada dalam wishlist saya adalah KYOTO.
Saya sudah di Jepang kalo  sudah mengunjungi Kyoto.

kansaitrip_20140310104941_00206_lgg2

And believe me, spending a week alone in Kyoto is not enough!
There are so many spots to see, so many shrine-temple to visit.
Dan berkunjung dalam kacamata saya bukan sekedar datang, foto selfie ala turis lainnya, trus lompat ke spot lainnya.

I wanna know the detail about it, I wanna know the stories behind every wood, window, rocks, anything part of those places. Sayang karena kemampuan berbahasa Jepang saya yang minus, akhirnya lebih banyak ngandelin materi online. But that’s OK. Saya jadi punya alasan buat lebih serius belajar bahasa Jepang, karena saya ingin ke sana lagi. (sebelumnya kan biar sekedar ngerti baca manga or nonton anime/dorama)

kansaitrip_20140311115640_00428_lgg2
Kinkakuji, The Golden Pavilion

Saya ga habis pikir. Dengan iklim seperti itu, kondisi geografis yang hobi gempa, perang dan lain sebagainya,  gimana caranya orang-orang Jepang ini mempertahankan bangunan-bangunan kuno tersebut. Kalo melihat ke kampung halaman, kok kayanya ngenes banget kondisinya. Ga sekedar bangunan sih, budayanya juga kurang lebih terefleksi di orang-orang Kyoto nya.

Saya pernah nyeletuk ke Rara
Kalo kamu mau lihat bangunan kuno yang megah, arsitektur yang menawan kamu bisa datang ke Paris. I’ve been there, i like it.
Tapi kalo kamu ingin merasakan budaya kuno itu sendiri hidup di sekeliling kamu, saya bersyukur Alloh SWT mewujudkan mimpi saya untuk bisa berkunjung ke Kyoto.

kansaitrip_20140310173204_00382_lgg2

Makanannya juga enak ;)
Butaniku wa dame desu…
Jadi jangan nyobain ramen, gyoza apalagi tonkatsu dah jelas itu :P
Yang lain masih grey area unless makanan vegetarian, syukurlah saya tinggal ga jauh-jauh amat dari warung sushi ^_^

Yayyyy…..

Insya Allah saya akan ke Kyoto lagi dan beberapa kota lain yang memiliki sejarah kuno.

Berikut adalah foto-foto ala kadarnya yang saya ambil menggunakan ponsel LG-G2 (D802).
Ya ya ya, iPhone5 saya masih di TAM yang ga jelas proses perbaikan sleep buttonnya sampe sakarang kaya apa. Busuk emang kualitas pelayanan iPhone resmi di Indonesia.

Sisanya plus foto-foto dari Fuji X100s nanti diupload ke Picasa – Flickr deh :)

Picasa Kyoto – LG G2 album

3 Replies to “(Traveling) Kenapa Kyoto?”

    1. ummm, puncak sakura kayanya rentang waktunya cuman akhir maret – awal april, jadi kalo ngincer sakura mestinya ya mesti berangkat di waktu tersebut.
      saya sih sepertinya kalo ke sana lagi pingin pas musim gugur ajah :)

Leave a Reply to eriska Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *